Sebaliknya, saat memasuki fase manik pendertia bipolat bisa merasa penuh energi dan euforia.
Ketika fase manik, penderita bipolar bisa merasa sangat bersemangat hingga mampu bekerja tak kenal lelah.
Meski fase manik terlihat menyenangkang, hal tersebut bisa membawa masalah kesehatan besar. Sebab, saat fase manik penderita bipolar bisa sulit tidur.
Dalam kondisi parah, fase mania bisa memicu psikosis atau hilangnya kemampuan membedakan kenyataan dan imajinasi.
Terkadang, mereka juga bisa mengalami paranoia.
Pada fase manis, psikosis bisa membuat penderitanya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau nekat melakukan hal sembrono.
Hal senada juga diutarakan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Andri, SpKJ, FAPM.
Dikutip melalui Tribunnews.com, dr. Andri menjelaskan bahwa seorang penderita bipolar akan mengalami gejala depresi dan mania atau manik.
Dijelaskannya, fase depresi ini seringkali tidak sesederhana yang dilihat.
Tidak hanya mengalami kesedihan terus menerus namun depresi juga terkait dengan kemarahan, kecemasan, perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan.
Kemudian juga ada perasaan kosong, kelelahan, rasa bersalah, perasaan tidak bisa ditolong, iritabilitas atau merasa jadi sensitif seperti gejala ingin melukai diri.
Source | : | Kompas.com,Instagram,Tribunnews.com |
Penulis | : | Sintia N |
Editor | : | Sintia N |
Komentar