GridPop.ID - Kenaikan Harga sembako beras di Kalimantan Selatan (Kalsel) bukan tanpa sebab.
Gagal panen yang terjadi di beberapa daerah pemasok beras di Kalsel membuat harga sembako beras melambung.
Hal ini pun ditakutkan akan berdampak pada perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah dan membuat inflasi.
Pasalnya, mayoritas masyarakat Kalsel terbiasa makan nasi dari beras lokal.
Hanya sedikit yang terbiasa menggunakan jenis beras unggul atau yang biasa disebut beras jawa oleh masyarakat Kalsel.
Lantas bagaimana pendapat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalsel mengenai harga komoditas beras lokal ketika melambung tinggi, apakah bakal berpengaruh besar terhadap inflasi di Kalsel?
Menurut Kepala BPS Provinsi Kalimantan Selatan, Yos Rusdiansyah, komoditas beras lokal dan unggul memang berkontribusi besar dalam inflasi dan juga dalam menyusun Garis Kemiskinan.
"Maka bila harga beras bergerak naik tentunya inflasi dan garis kemiskinan ikut naik dengan asumsi harga lainnya tetap," jelasnya, Jumat (30/9/2022), dikutip dari Banjarmasinpost.
Rusdianyah menyampaikan, oleh karenanya pasokan dan konsumsi beras sudah sepatutnya dipantau agar ketersediaan pangan dan kendali harga memberikan manfaat bagi petani dan konsumen.
Lebih lanjut, menjaga ketersediaan beras disebutkannya sangat strategis.
Misalnya seperti yang terjadi saat ini yakni kegagalan panen.
"Maka dukungan stakeholders dengan berbagai program dan kebijakannya sangat diperlukan, untuk melindungi masyarakat dalam produksi dan konsumsi," tuturnya.
Mengingat, secara catatan statistik petani Kalsel sudah lama menanam beras lokal.
"Sekitar 90 persen beras lokal ditanam di Kabupaten Banjar dan Batola, sementara 70 persen beras lokal ditanam di kabupaten lainnya yang ada di wilayah Kalsel," terangnya.
Jadi menurutnya lagi, kekuatan beras lokal memang sangat dominan di Kalsel.
Rusdiansyah menyebutkan, ada beberapa keuntungan dengan tersedianya beras lokal.
Pertama, untuk konsumsi sendiri karena rasa dan selera yang cocok dengan masyarakat.
Kedua, harga saat panen dan bahkan saat puncak panen selalu lebih tinggi dari HPP.
Ketiga, mudah dijualbelikan atau lebih liquid.
Keempat, beras lokal yang jadi stok, bila kadar air sudah sangat rendah maka harganya lebih mahal lagi.
Rusdiansyah berharap, gagal panen saat ini bisa segera teratasi dan tidak berlangsung lama.
"Langkah-langkah untuk menghadapi kondisi seperti ini seperti membiasakan konsumsi beras unggul, itu juga alternatif yang humanis," pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi seperti yang diberitakan GridPop.ID sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan pun menghimbau masyarakat tidak perlu khawatir karena pemerintah akan menyediakan subsidi terhadap selisih harga sembako beras.
"Misalnya harga beras dari Bulog sekian, lebih, bisa dibantu subsidi jadi tidak perlu khawatir sebetulnya karena dibiayai pemerintah (selisih harganya)," kata Mendag, Minggu (25/9/2022).
Zulkifli memastikan masyarakat tidak akan membayar lebih mahal terhadap harga beras mengingat pemerintah memiliki memiliki mekanisme cadangan stabilisasi harga dan pasokan (CSHP) ini.
Ia menjelaskan harga beras saat ini mulai naik karena harga gabah naik dari Rp 4.400 menjadi Rp 5.500 mengingat tiap daerah di Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten membuat gabah dan banyak perusahaan yang menyerap gabah tersebut.
Ia mengatakan akan terus berkoordinasi dengan Perum Bulog untuk menyelenggarakan operasi pasar di sejumlah wilayah dalam rangka mengendalikan kenaikan harga beras.
Baca Juga: UPDATE HARGA Sembako Telur Ayam Kamis, 29 September 2022, Provinsi Ini Paling Murah Rp 23.522 per Kg
GridPop.ID (*)
Source | : | GridPop.ID,Banjarmasinpost |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar