"Ada indikasi-indikasi yang misalnya, kenapa bisa jadi malam? Pada malam itu juga kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang mempunyai kekuatan untuk mengatur tetap menjadi malam hari," ujar anggota TGIPF Rhenald Kasali di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (10/10/2022).
Rhenald Kasali belum bisa membongkar sosok yang dimaksud meski sosok yang memiliki kekuatan itu sudah menjadi perbincangan.
"Saya belum bisa, kita belum bisa sebutkan walaupun saudara-saudara sudah bisa menciumnya," kata kepada Kompas Nasional.
Selain mencurigai adanya 'kekuatan besar', TGIPF juga memiliki kesimpulan sementara yang lain.
Tidak Ada Pintu Darurat
Anggota TGIPF sekaligus AFC Safety Security Officer, Nugroho Setiawan mengatakan, dari rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan saat peristiwa kericuhan terjadi, terlihat massa panik dan berebut mencari pintu untuk bisa keluar menghindari gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian.
Menurutnya, saat massa penonton berebut menyelamatkan diri, mereka berupaya keluar dari pintu 13 stadion.
Baca Juga: Pakai Gas Air Mata Kadaluarsa Saat Tragedi Kanjuruhan, Polri Beberkan Fakta Ini
Karena pintu itu sebenarnya untuk penonton masuk, maka terjadi desak-desakan yang membuat sejumlah penonton terhimpit dan terinjak-injak hingga kehabisan napas.
Anak Tangga Stadion Kanjuruhan Kurang Ideal
Nugroho Setiawan menuturkan, dari temuan sementara terungkap anak tangga di Stadion Kanjuruhan tidak ideal untuk digunakan jika massa penonton dalam kondisi panik.
"Anak tangga ini kalau secara normatif dalam safety regulate, ketinggian 18 senti, lebar tapak 30 senti. Ini tadi antara lebar tapak dan ketinggian sama. Rata-rata mendekati 30 (sentimeter)," ungkapnya.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Veronica S |
Komentar