Dikutip oleh sosok.id dari website WebMD, Empty sella syndrome (ESS) termasuk kelainan langka pada struktur di tengkorak yang dikenal sebagai sella tursika yang berfungsi melindungi kelenjar pituitari.
Dalam kondisi ini, kelenjar pituitari menyusut atau menjadi rata. Ketika kelenjar pituitari menyusut atau menjadi rata, itu tidak dapat dilihat pada pemindaian MRI.
Hal ini membuat area kelenjar pituitari tampak seperti "sella kosong" (empty sella).
Kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dekat pangkal tengkorak yang menyimpan beberapa hormon penting dan melepaskannya ke dalam aliran darah sesuai kebutuhan tubuh.
Ada dua tipe empty sella syndrome, seperti dikutip dari John Hopkins Medicine. Primary ESS, di mana kelenjar pituitari rata.
Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami obesitas dan memiliki tekanan darah tinggi. Ini juga telah dikaitkan dengan penumpukan cairan di otak.
Sementara secondary ESS adalah di mana kelenjar pituitari mungkin kecil karena perubahan genetik (mutasi), cedera, terapi radiasi, atau pembedahan.
Para ahli belum tahu pasti apa penyebab primary ESS, tapi untuk secondary ESS mungkin disebabkan oleh trauma, radiasi atau operasi pada bagian kepala.
Gejala yang dialami orang dengan ESS bisa termasuk terasa ada tekanan di dalam tengkorak, pandangan kabur, sakit kepala, tekanan darah tinggi.
Baca Juga: Cara Hapus Data Pinjaman Online Agar BI Checking Tetap Aman, Nggak Perlu Was-was Lagi deh!
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Sosok.id |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar