Billy juga tak setuju dengan pernyataan Kementerian Pertanian yang mengatakan bahwa stok beras/gabah surplus.
"Kementan saja yang mabuk masih bilang surplus-surplus. Kami pelaku usaha ketawa saja. Kasihan rakyat miskin, dampaknya pangan mahal," ucapnya.
Ia pun meminta Menteri Pertanian untuk datang ke pasar, terutama Pasar Induk Beras Cipinang untuk mengetahui stok teranyar dari beras.
"Yang Terhormat Bapak Yasin Limpo, tolong cek, di pasar induk Cipinang saja, lihat sendiri berapa truk yang masuk tiap hari. Sedikit sekali dan mahal harganya. Ini tanda-tanda barang langka," jelasnya.
Jika stok di pasaran sedikit, Billy mengkhawatirkan akan berdampak pada makin naiknya harga beras di tingkat konsumen.
Sebagai tambahan informasi seperti yang dikutip dari Kompas.com, Badan Pangan Nasional, Perum Bulog, dan Kementerian Pertanian (Kementan) sempat adu data soal stok beras nasional.
Hal ini lantaran data yang dibeberkan oleh Kementan berbeda dengan data yang dimiliki oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog.
Perdebatan diawali Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi yang mengoreksi data yang disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Suwandi mengatakan, data yang disampaikan Badan Pangan Nasional mengenai konsumsi beras yang disampaikan Arief berbeda dengan BPS.
Dalam paparan Suwandi membeberkan, pada 2019 sebanyak 31,31 juta ton, 2020 31,50 juta ton, 2022 sebanyak 31,36 juta ton, dan pada 2022 jumlahnya sebanyak 32,07 juta ton.
Ini merupakan data produksi beras 2019 hingga 2022 dari BPS yang dipaparkan Suwandi.
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Arif B |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar