GridPop.ID - Telinga wanita ini berdesis, ternyata kemasukan hewan beracun.
Dokter sampai terkejut kenapa hewan itu bisa masuk ke dalam telinga si wanita.
Melansir Daily Metro via Suar.id, wanita tersebut diketahui bernama Susie Torres.
Awalnya, ia menduga jika telinganya yang tidak nyaman tersebut disebabkan oleh efek samping dari suntikan alergi yang belum lama ia lakukan.
Wanita asal Kansas City Missouri, AS tersebut mengaku mendengar suara mendesis di telinganya begitu ia bangun tidur.
"Saya bangun tidur dan mendengar sesis dan air di telinga kiri saya.
Rasanya seperti kamu pergi berenang dan air itu masih ada di telingamu," katanya.
Kemudian, ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Petugas medis lantas menggunakan alat untuk memeriksanya.
"Saya pikir ada serangga di sana," ujar petugas medis.
Setelah itu mereka mengeluarkan alat khusus untuk mengeluarkan hewan arachnophobe dari telinga Susie.
Benar saja, hewan yang bersembunyi di dalam telinga Susie adalah laba-laba beracun.
Padahal Susie adalah orang yang membenci laba-laba.
Mengetahui hal itu, Susie bereaksi, bagaimana bisa arachid seukuran uang receh berada di sana.
"Hewan kotor itu kok bisa masuk?" tanya Susie heran.
Untungnya Susie tidak mendapatkan gigitan oleh hewan beracun tersebut.
Tapi, ia tetap mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalisir kemungkinan hewan tersebut menyerangnya.
Konon, gigitan arachid sanggup menyebabkan kedinginan demam, dan perubahan warna pada area terinfeksi.
"Saya pergi dan menaruh beberapa bola kapas di telingaku setiap malam."
"Saya kini mulai berhati-hati karena takut hal serupa mungkin bisa terjadi lagi," katanya.
Mengutip Kompas.com, ada beberapa langkah mengobati gigitan laba-laba di rumah.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengobati gigitan laba-laba di rumah, yaitu:
1. Mengoleskan antiobiotik
2. Mengoleskan hidrokortison
3. Gunakan obat antigatal
4. Membilas kulit
5. Jangan gunakan es
6. Hubungi medis.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Suar.id |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar