Tetapi, dia menekankan, cara untuk menilai masalah ini bukan dengan mulai menghitung seberapa sering pasangan tersebut berhubungan seks atau menetapkan tolok ukur seberapa sering mereka harus melakukannya.
"Saya percaya bahwa berbicara tentang frekuensi, setidaknya hanya berbicara tentang frekuensi, adalah percakapan yang salah," katanya.
"Sebab, kita perlu berbicara tentang kualitas kenikmatan dan koneksi, serta memahami hambatan apa pun yang mungkin dimiliki seseorang untuk menginginkan dan menikmati seks," imbuh dia.
Sementara itu dilansir dari NOVA, hubungan intim bisa memberi dampak positif bagi pasangan yang memiliki penyakit diabetes.
Mengenai manfaat seks bagi penyintas diabetes, menurut dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik dan Diabetes RS Pondok Indah dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD-KEMD, hubungan seks yang dilakukan penderita diabetes bakal membuat sang penderita semakin nyaman.
"Melakukan hubungan seksual regular itu menjadi sebuah terapi juga karena itu melepas endorfin juga. Kalau endorfin itu terlepas jadi nyaman," ujarnya.
Pelepasan hormon endorfin ini mencegah terjadinya komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes.
Hal ini akan membuat kualitas hidup penderita diabetes meningkat.
"Kalau kearah komplikasi jadi lebih kecil dan sangat enggak apa-apa dan memberikan keuntungan sendiri,” jelas Wismandari.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Nova |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar