Tidak bisa memaafkan menumbuhkan perasaan marah, permusuhan, dan stres, yang tentunya berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik.
Sebuah studi yang diterbitkan pada April 2016 dalam jurnal Annals of Behavioral Medicine menemukan bahwa berapa pun usianya, orang yang mampu memaafkan mengalami penurunan persepsi terhadap stres yang dialami.
Kondisi ini juga menurunkan tekanan psikologis.
"Memaaafkan merupakan salah satu respon yang efektif untuk mengurangi persepsi stres dan meningkatkan kesehatan," ucap Worthington.
Worthington juga menambahkan bahwa stres bisa mempengaruhi sistem kekebalan pada tingkat sel, yang dapat menyebabkan kerusakan luas pada semua bagian tubuh.
“Itu dapat mengganggu segalanya mulai dari sistem seksual dan reproduksi hingga sistem pencernaan hingga kemampuan Anda melawan penyakit dan kelelahan,” kata Worthington.
Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of American College of Cardiology, para peneliti menemukan bahwa kemarahan dan permusuhan terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, serta hasil yang lebih buruk bagi orang yang sudah memilikinya.
Sebaliknya, memaafkan dapat menurunkan semua risiko penyebab kematian.
Menurut Worthington, memaafkan juga memengaruhi sistem saraf parasimpatis, yang memperlambat pernapasan dan detak jantung serta meningkatkan pencernaan.
Sistem saraf simpatik dan parasimpatis bekerja sama, sehingga tubuh kamu dapat mengatur hal-hal seperti tekanan darah dan detak jantung, dan berfungsi sebagaimana mestinya baik dalam situasi stres maupun saat-saat tidak stres.
Efek ini bisa membawa hal positif untuk kesehatan, termasuk fungsi kardiovaskular.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar