GridPop.ID - Perlakuan para petugas kepolisian belakangan memang kerap menjadi sorotan.
Terbaru tingkah AKBP Achiruddin Hasibuan yang melakukan pembiaran saat anaknya melakukan penganiayaan pun menjadi perhatian publik.
Dilansir dari laman kompastv.com, buntut kejadian itu AKBP Achiruddin Hasibuan, dicopot dari jabatannya dan akan ditahan sementara sembari menunggu sidang kode etik untuk memutuskan sanksi yang akan dijatuhkan terhadap dirinya.
Kabid Propam Polda Sumut, Komisaris Besar Dudung Adijono menyebut, dari hasil pemeriksaan sementara, AKBP Achiruddin Hasibuan diduga sengaja melakukan pembiaran terhadap tindak kekerasan yang terjadi dihadapannya.
Gerak-gerik AKBP Achiruddin Hasibuan saat sang putra, Aditya Hasibuan terjerat kasus penganiayaan menuai sorotan.
Gelagat Achiruddin yang masih bisa meninggikan dagu dan bersikap arogan tersebut belakangan jadi perbincangan.
Hal tersebut seolah mengingatkan publik pada sikap mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo saat pertama kali diperiksa kasus pembunuhan Brigadir J.
Kala itu, sang mantan jenderal bintang dua itu masih mengenakan seragam kepolisian.
Meski tak sama persis, arogansi Sambo dan AKBP Achiruddin dinilai memiliki kemiripan.
Apa kata pakar mengenai dugaan tersebut?
Mengulik hal tersebut, seorang Ahli Mikro Ekspresi Monica Kumalasari mengurai pendapat.
Dilansir dari tribunnewsbogor.com dalam tayangan TV One News di Youtube, Monica terlebih dahulu membahas perihal kekuatan dari seragam yang dikenakan seseorang.
Hal tersebut rupanya berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri seseorang.
"Saya mau bahas mengenai pakaian, ini ada teorinya. Waktu kita SMA, pelajaran laboratorium, kita pakai jas, rasanya bedah tikus kita pede, berani aja, kenapa pakai itu? menimbulkan keberanian pada kita, menambah kepercayaan diri," ungkap Monica dikutip pada Jumat (28/4/2023).
Melihat hal itu, Monica menganggap wajar jika sikap Sambo saat masih mengenakan seragam terlihat arogan.
Sebab belakangan, sikap Ferdy Sambo berubah hingga tak ragu menampakkan wajah pilu usai jadi terdakwa di persidangan kasus pembunuhan Brigadir J selama berbulan-bulan.
"Jadi kalau kita bandingkan pada saat Sambo dengan AKBP AH, Sambo masih pakai seragam (saat pemeriksaan awal kasus pembunuhan Brigadir J). Artinya ketika masih pakai seragam, maka seluruh memori dan emosi masih melekat di seragam. Kalau kita lihat, dia (Sambo) masih menampilkan (sikap arogan), bisa mengontrol, ada power," imbuh Monica.
Membandingkan dengan Ferdy Sambo, Monica justru heran melihat sosok AKBP Achiruddin.
Sebab saat menemani anaknya yang jadi tersangka kasus penganiayaan Ken Admiral, Achiruddin masih tampak arogan.
Karenanya, Monica penasaran dengan keseharian Achiruddin saat bertugas menjadi anggota kepolisian.
"Kalau AKBP AH ini sudah mengenakan pakaian bebas, tapi kenapa gesturnya masih sama? (arogan). Lucunya, sudah memakai pakaian biasa, tetap menampilkan seperti polisi. Ini akhirnya kita berpikir, bagaimana sih profil orang tersebut, keseharian, bagaimana beliau merespon," pungkas Monica.
Kendati demikian, Monica enggan menghakimi AKBP Achiruddin terkait sikap sombongnya yang nampak di layar kaca.
Sebab, tak sepatah katapun keluar dari mulut Achiruddin terkait kasus putranya, Aditya Hasibuan.
"Tidak ada kriteria khusus, apa yang tampil itu kita tidak tahu pada saat itu beliau mengalami kondisi emosi seperti apa, kita tidak ada menganalisa kalau tidak ada statement verbal," ujar Monica.
Namun diakui sang pakar, AKBP Achiruddin tampaknya memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Hal itu terlihat dari seringnya ia memamerkan harta kekayaan yang padahal sebagai anggota kepolisian dilarang.
"Tidak digeneralisir, tapi pada yang bersangkutan, ini sama ketika yang ditampilkan (sering flexing), memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Tapi kita lihat, orang yang flexing ketika ketangkap kemudian berubah," akui Monica.
"Tapi tidak kita temukan yang satu ini ya (di AKBP Achiruddin)," pungkas presenter.
"Belum kita temukan," timpal Monica. GridPop.ID (*)
Source | : | KompasTV,tribunnewsbogor |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar