Untuk mencegah masalah ini, sebisa mungkin pria harus mengurangi kebiasaan masturbasi agar tingkat kekerasan ereksi bisa kembali seperti semula.
2. Kegemukan atau obesitas
Terlalu banyak lemak di tubuh atau obesitas dapat memicu masalah ereksi yang lemah.
Pasalnya pria gemuk cenderung mengalami gangguan hormon seperti kadar testosteron yang lebih rendah.
Kondisi tersebut sebenarnya tak cuma berdampak pada kekuatan ereksi, tapi juga libido atau hasrat bercintanya.
Meski kebanyakan pria gemuk dapat melakukan hubungan intim yang normal, tapi faktanya tumpukkan lemak di perut bisa memengaruhi tingkat kekerasan ereksi.
Pakar seks mengatakan semakin bugar tubuh seseorang, semakin besar kemungkinan dia memiliki tingkat ereksi yang normal dan keras.
3. Penggunaan kondom
Bagi beberapa pria, pemakaian kondom dapat menengaruhi tingkat kekuatan dan kekerasan ereksi.
Hal itu merujuk pada material kondom baik dari lateks atau bahan lainnya yang bisa mengurangi sensitivitas di penis yang kemudian berdampak pada minimnya rangsangan yang diterima otak untuk mempertahankan ereksi lebih lama.
Meski demikian, bukan berarti penggunaan kondom harus diabaikan.
Sampai dengan saat ini, kondom masih menjadi alat kontrasepsi paling efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual.
4. Kondisi kesehatan pria
Kondisi medis pada kesehatan pria juga berpengaruh dalam mengurangi tingkat kekerasan penis saat ereksi.
Biasanya hal itu disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan tertentu yang mungkin bisa memengaruhi kadar hormon seks di dalam tubuh.
Agar kehidupan seks pasangan suami istri tidak terganggu saat menjalani pengobatan tertentu, lebih baik konsultasikan dulu ke dokter agar bisa mendapatkan obat yang mungkin tidak memengaruhi fungsi penis saat ereksi.
GridPop.ID (*)
Sebagian artikel ditulis menggunakan chatgpt (AI)
Source | : | Kompas.com,Chatgpt (AI) |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar