"Mereka harus bekerja untuk membiayai orangtua, diri sendiri, dan keluarga kecilnya, yang tentunya itu semua menuntut energi dan pikiran," ucapnya.
Lyda juga mengatakan bahwa generasi sandwich kerap merasa sulit atau tidak mungkin menemukan cukup waktu untuk memenuhi tuntutan anak, orang tua, pekerjaan, dan tugas hidup lainnya.
"Akibatnya, mereka tidak punya banyak waktu untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti olahraga, makan sehat, istirahat, tidur, dan qulity time dengan pasangan," tambahnya.
Lyda juga mengatakan bahwa masalah finansoal juga kerap menjadi sumber stres dan kecemasan bagi generasi sandwich.
Sebab, mereka membutuhkan banyak biaya untuk menafkai keluarga kecil dan orang tua mereka.
"Generasi sandwich juga sering dihantui oleh kesepian, terisolasi, dan perasaan sendiri karena mereka harus bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga, diri sendiri, dan keluarga kecilnya," ucap Lyda.
Semua hal tersebut juga bisa memicu kelelahan, yang lambat laun memicu depresi, kecemasan, dan berbagai gangguan kesehatan mental.
Bagaimana cara mengatasi generasi sandwich?
Jika dibiarkan berlarut-larut, beban yang Anda tanggung sebagai generasi sandiwch akan merusak diri Anda sendiri.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar