3. Perbaiki kemampuan komunikasi
Selanjutnya, komunikasi. Orangtua harus selalu mau untuk memperbaiki kemampuannya dalam berkomunikasi dengan anak.
Sebagian orangtua bertindak otoriter atau keras terhadap anak, tetapi tidak bisa menjelaskan apa sebenarnya yang diharapkan dari sikap itu.
Ada juga yang menyakiti anaknya hanya karena belum cukup lihai mengendalikan emosi diri pribadinya.
"'Kenapa sih saya dipukul? Kadang enggak jelas kenapa dia dipukul. Alasannya enggak disampaikan atau alasannya enggak masuk akal," ungkap dia.
"Itu karena orangtua masih sulit mengomunikasikan keinginan atau kondisinya kepada anak, orangtua masih ingin dilihat lebih superior dari anak, orangtua masih kesulitan mengendalikan dirinya," sambung Astrid.
Dia juga menyebut, orangtua semestinya belajar untuk memperbaiki diri, tidak mengulang kesalahan yang sama, dan berani meminta maaf kepada anak, jika memang mereka salah.
Dengan demikian, anak akan belajar untuk mempunyai sikap yang baik, termasuk dalam memperlakukan orang lain.
4. Jangan abaikan emosi
Poin ini biasanya terjadi pada anak laki-laki atau pada suami dalam sebuah rumah tangga Mereka diposisikan untuk menjadi seorang yang kuat, tidak boleh terlihat lemah, mampu melindungi, dan sebagainya.
"Nangis enggak boleh, enggak ada ruang berekspresi yang cukup untuk beban mereka yang berat. Laki-laki butuh sedikit ruang untuk mengungkapkan ekspresi emosinya," jelas Astrid.
Contoh lain dari pengabaian emosi ini, misalnya tidak adanya teguran ketika anak berbuat salah, pujian ketika berbuat baik, ungkapan bangga ketika berprestasi, dan lain sebagainya.
"Pengabaian emosi, baik sengaja atau tidak sengaja pada anak kita yang laki-laki akan menyebabkan dia bingung sekali, emosi apa sih yang terjadi di dalam dirinya. Akhirnya dia mencoba mengatasinya dengan cara yang enggak tepat," ungkap dia.
"Ketika emosi disepelekan, dia akan merasa emosi yang ada dalam dirinya tidak penting. Kalau begitu emosi orang lain juga enggak penting, dia bisa berbuat semena-mena ke orang," sebut Astrid.
Apabila beberapa poin di atas bisa diterapkan dengan optimal, maka potensi seorang anak untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain bisa ditekan.
Mereka tidak memiliki cukup alasan untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain. Selain mendapatkan pendidikan seksual sejak dini, mereka juga telah memahami konsep relasional, menjaga satu sama lain, menghargai sesama, dan lain sebagainya. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar