GridPop.ID - Kejadian yang dialami oleh Gita Sinaga ini sempat menjadi sorotan.
Ya, Gita Sinaga sempat menceritakan musibah yang menimpanya.
Gita Sinaga mengaku jari kakinya sempat patah setelah dirinya mengalami ketindihan.
Dilansir dari laman tribunnewsmaker.com, Gita Sinaga menyebut peristiwa tersebut terjadi pada dua tahun lalu.
Secara medis salah satu jari pada kaki kanannya mengalami patah tulang setelah dirinya bangun tidur siang.
"Oh iya kaki aku sempat patah, dua tahun lalu. Itu aneh banget aku tidur siang di rumah, tiba-tiba rep-repan (ketindihan)," kata Gita Sinaga dalam FYP Trans 7, Senin (14/8/2023).
Perempuan yang dikabarkan dekat dengan Habibi Hood itu menceritakan kejadian aneh yang dialaminya.
Saat mengalami rep-repan, Gita Sinaga mengatakan dirinya berusaha melawan untuk menyadarkan dirinya.
Namun, saat dirinya sudah bisa berdiri dan bangun, tiba-tiba saja dia terjatuh lagi.
Di situ terdengar suara seperti ada yang patah.
"Kita kan kalau rep-repan harus maksa bangun kan. Aku maksa bangun maksain diri, pas diri itu langsung tidur lagi terus kedengaran 'krek' patah gitu, aneh banget," ceritanya.
Baca Juga: Boy William Mendadak Bahas Nikah Beda Agama dengan Sosok Ini, Siap Pinang Ayu Ting Ting?
"Ini (menunjukkan bagian jari kaki tangannya) patah tiga. Aku tidak bisa pakai high heels semenjak itu," sambung Gita Sinaga.
Saa itu dirinya juga melakukan rontgen dan benar-benar dinyatakan mengalami patah tulang secara medis.
"Emang patah, bunyi krek langsung tidur lagi. Beneran patah, secara medis patah," tegas Gita Sinaga.
"Jadi gini, pernah rep-repan kan? Pas bangun kayak dipaksa tidur lagi, sudah diri kayak jatuh gitu, gede langsung kirain keseleo, ternyata patah." tegasnya.
"Dokternya sampai bilang, 'Kamu nggak main futsal kan?' Karena yang patah di bagian situ biasanya karena main futsal. Sekarang udah membaik cuma jadi nggak enak aja pakai heels," jelasnya.
Penyebab ketindihan
Dilansir oleh kompas.com dari Medical News Today, untuk memahami penyebab ketindihan, ada pembagian fase tidur yang perlu diketahui terlebih dulu.
Tidur pada dasarnya dapat dibagi dalam empat fase, yakni tahapan tidur paling ringan (setengah sadar), tidur yang lebih dalam, tidur paling dalam, dan rapid eye movement (REM).
Fase tidur inilah yang bisa menjadi dasar proses terjadinya ketindihan atau kelumpuhan tidur.
Pertama, seseorang dari keadaan sadar (saat hendak tidur) akan beralih ke fase tidur paling ringan, tapi kemudian tiba-tiba langsung melompat ke fase REM (mimpi).
Dua tahap tidur pun terlewati, yakni tidur lebih dalam dan tidur paling dalam.
Gelombang otak alhasil tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya karena kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur.
Kedua, otak mendadak terbangun dari tahap REM, sedangkan tubuh masih dalam keadaan tidur paling dalam.
Seseorang bisa merasa sangat sadar, tetapi tubuh tidak bisa bergerak atau digerakkan.
Otak yang tiba-tiba sadar pun dapat mengalami halusinasi, bisa jadi berupa bayangan menyeramkan di sekiar tempat tidur.
Bayangan itu bisa juga berupa cekikan di leher, tekanan pada dada, dan sosok menyeramkan yang menduduki tubuh, sehingga sulit bernapas.
Ketiga, seseorang akan merasa panik dan ketakutan adanya halusinasi tersebut.
Akan tetapi, tubuh yang masih dalam keadaan tidur paling dalam hanya bisa mengalami kesadaran di bagian tubuh atas, yakni mata dan telinga.
Sementara, tubuh bagian bawah terasa sulit digerakan. Otak manusia masih terjaga, namun karena anggota tubuh sedang tidur, otak hanya dapat membuat indera tertentu terjaga, seperti mata yang masih dapat melirik dan telinga dapat menderngar.
Keempat, setelah beberapa menit terjadi kombinasi proses halusinasi dan tubuh tidak bisa digerakkan, biasanya akan ada sedikit rasa dingin yang menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh.
Perlahan, ujung kaki atau tangan bisa digerakkan kembali dan halusinasi mengerikan menghilang.
Jadi, ketindihan secara sederhana dapat terjadi karena seseorang bangun di tengah fase REM dalam tidur.
Di mana, pada kelumpuhan tidur ini, transisi tubuh ke atau dari tidur REM tidak sinkron dengan otak.
Ketika bangun, otak sudah sadar, tetapi badan belum. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan badan terasa lumpuh sebagian.
Ketindihan bisa terjadi pada segala usia. Tetapi kondisi yang pertama mungkin terjadi saat saat remaja. GridPop.ID (*)
Source | : | tribunnewsmaker,Kompas.com |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar