Menurut Jesse Kahn, terapis seks dan direktur Gender & Sexuality Therapy Center di New York, ada beberapa komponen psikologis utama untuk orgasme.
"Wanita sering kali tidak dapat mengalami orgasme saat berhubungan seks karena kecemasan, depresi, stres, rasa malu, tekanan budaya atau masalah dalam hubungan."
"Namun selama tidur, mereka lebih mudah orgasme karena tidak terganggu oleh komponen-komponen tersebut," ujarnya.
Penelitian membuktikan, intensitas emisi nokturnal pada tiap orang berbeda-beda tergantung individu dan usia orang tersebut.
Meskipun mengalami orgasme dalam mimpi itu normal, seksolog dan pendiri Bloomi, Rebecca Alvarez Story mengungkapkan, banyak peneliti maupun dokter patologi yang mendeteksi orgasme nokturnal sebagai gangguan tidur.
Pernah terjadi dalam laporan kasus di tahun 2018, seorang wanita berusia 57 tahun mengalami orgasme spontan yang bermasalah.
"Tetapi sebagai seorang seksolog, saya dapat memberitahu bahwa kebanyakan orgasme saat tidur itu sehat, umum dan menyenangkan," imbuhnya.
Orgasme yang terjadi saat seseorang sedang berhubungan seksual biasanya melibatkan semacam rangsangan fisik.
Namun, hal itu tidak berlaku untuk klimaks nokturnal atau orgasme ketika tidur.
"Banyak orang terkejut mengetahui bahwa orgasme dapat terjadi tanpa rangsangan sama sekali," ujar Story.
Artinya, lanjut dia, mekanisme biologis yang sama terjadi di tubuh saat kita bangun dan orgasme, dan ketika orgasme di tengah tidur, termasuk proses lubrikasi atau pelumasan.
Baca Juga: Kenapa Sperma Keluar Sendiri? Berikut Ini 5 Penyebab yang Harus Pria Tahu
Source | : | Sonora.ID |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar