GridPop.ID - TikTok menjadi salah satu media sosial yang cukup populer di Indonesia.
Melansir dari laman kompas.com, sejak awal 2021, aplikasi berbasis video pendek yang diciptakan oleh perusahaan teknologi China, ByteDance Ltd ini telah diunduh oleh sekitar 30 jutaan users di Indonesia.
Indonesia saat ini menjadi negara kedua dengan pengguna TikTok terbanyak setelah Amerika Serikat.
Dengan banyaknya pengguna TikTok, video yang diunggah pengguna pun kerap kali menjadi viral.
Tak hanya itu, banyak istilah istilah baru yang kemudian menjadi viral di TikTok.
Baru-baru ini, kata Toxic Leadership menjadi viral di TikTok.
Kata ini juga dijumpai di berbagai media sosial lainnya seperti di Instagram, Facebook hingga Twitter dan juga kerap digunakan remaja zaman sekarang saat ngobrol.
Toxic leadership ini kerap muncul dalam lingkungan kerja.
Lalu apa arti dari kata viral Toxic Leadership ini? Simak penjelasannya.
Mengenal Toxic Leadership
Dilansir oleh tribuntrends.com dari Leadership Forces, toxic leadership adalah sosok pemimpin dengan sifat berbahaya yang dapat melukai anggota tim, perusahaan, dan bahkan orang lain di sekitarnya.
Baca Juga: Kata Menter Sering Dipakai Netizen hingga Viral di TikTok, Apa sih Artinya?
Toxic leadership memiliki pengaruh buruk yang sangat besar.
Dilansir dari LinovHR, pemimpin yang toxic sangat mungkin menciptakan kondisi tim yang penuh konflik dan tidak kondusif.
Hal ini dapat terlihat dari kurangnya komunikasi yang jelas antara karyawan, perlambatan kinerja tim, dan hal-hal negatif lainnya.
Sangat disayangkan jika sebuah tim berisi anggota-anggota kompeten, harus terhambat kinerjanya karena pemimpin yang tak dapat memposisikan dirinya.
Itu sebabnya, pemutusan rantai negatif harus segera dilakukan supaya tercipta lingkungan kerja yang suportif.
Ciri-ciri Toxic Leadership
Lingkungan kerja yang tak sehat tercipta dari pemimpin yang toxic.
Oleh karena itu, harus ada kewaspadaan terhadap sifat-sifat negatif itu supaya terhindar dari kehidupan kerja yang melelahkan.
Dilansir dari BetterUp, ciri-ciri toxic leadership yang destruktif antara lain sebagai berikut.
1. Anti Kritik
Pemimpin yang toxic kerap kali menolak diberikan feedback atau kritik baik dari rekan kerjanya maupun anggota tim.
Ketidakmampuan pemimpin mengolah masukan berpotensi menimbulkan sifat otoriter dalam bekerja.
Misal, pada saat rapat bulanan, ada anggota tim ingin menyampaikan kritik terkait strategi penjualan bulan lalu yang dianggap kurang efektif.
Namun, alih-alih menerima, pemimpin bersikap defensif karena menganggap kritik tersebut menyerang keputusannya sebagai orang dengan kekuasaan tertinggi.
2. Mementingkan Diri Sendiri
Pemimpin yang toxic selalu bersikap egois dan selalu mementingkan pencapaian dirinya sendiri.
Contoh, ketika sebuah divisi dalam suatu perusahaan berhasil mencapai target yang ditentukan, pemimpin toxic akan langsung mengklaim kesuksesan tersebut karena usahanya sendiri, bukan karena usaha bersama.
3. Inkonsisten dan Selalu Berbohong
Pemimpin toxic tidak pernah memberikan instruksi yang jelas, selalu berbohong, dan mengadu domba karyawan ketika terjadi sebuah kesalahan.
Dalam arti lain, perilaku ini juga dapat disebut sebagai gaslighting, yaitu mempermainkan emosi seseorang lewat tuduhan-tuduhan negatif yang melenceng dari kenyataan.
Misalnya, saat klien melakukan komplain karena hasil kerja sama tidak sesuai dengan yang dijanjikan karena kurangnya briefing dari pimpinan ke karyawan, pemimpin justru mencari cara untuk lepas dari tanggung jawab dan menyalahkan karyawannya.
4. Perilaku Diskriminasi
Diskriminasi di tempat kerja adalah bukti gagalnya lingkungan kerja menjadi ruang inklusif untuk semua kalangan. Lebih disayangkan lagi jika pelaku diskriminasi tersebut adalah pemimpin.
Pemimpin yang toxic kerap melakukan diskriminasi kepada karyawan dengan berbagai motif.
Misal, pemimpin akan selalu menyanjung karyawan yang ternyata kerabatnya sendiri, sekalipun kinerjanya biasa-biasa saja.
Sementara itu, karyawan lain dianggap tidak mampu bekerja.
Ciri-ciri di atas merupakan penanda masih ada banyak pemimpin yang belum mampu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan menjadi pribadi yang membangun tim.
Menjadi pemimpin bukan perkara mudah.
Itulah mengapa, ia harus mau selalu belajar dan mendengarkan orang lain agar dapat menjadi sosok pemimpin yang ideal serta menghindarkan terciptanya lingkungan kerja toxic.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribuntrends |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar