GridPop.ID - Pasangan yang meminta melakukan hubungan intim setiap hari belum tentu seorang hiperseks.
Ahli berikan penjelasan terkait hal tersebut.
Mengutip Mayo Clinic via Kompas Health, hiperseks adalah salah satu kelainan seksual yang berbahaya.
Sebab kondisi ini akan membuat penderitanya memiliki fantasi atau melakukan perilaku seksual yang tidak dapat dikontrol hingga bisa menganggu kehidupan sehari-hari.
Hiperseks bisa berupa kebiasaan masturbasi yang berlebihan, kecenderungan untuk berganti-ganti pasangan, kecanduan menonton video porno, hingga menggunakan jasa prostitusi.
Ketika penderita lebih terfokus untuk menyalurkan fantasi seksual dengan melakukan kegiatan tersebut dan mengganggu atau membahayakan orang lain, maka kondisi ini bisa dikatakan sebagai perilaku seksual kompulsif.
Menurut Verywell Mind, penderita hiperseks berbeda dengan orang yang memiliki nafsu seksual yang tinggi karena hiperseks membuat penderitanya tidak bisa mengontrol nafsu dan cenderung melakukan hubungan seksual dengan intensitas yang berlebihan.
Nah, bagaimana dengan suami yang minta bercinta setiap hari? apakah masuk kategori hiperseks?
Mengutip Grid.ID, Dr. Gerard Paat, MPH memberikan penjelasan di baliknya.
“Setinggi apa pun frekuensi berintim-intim tak selalu bisa dikategorikan hiperseks,” ujar Dr. Gerard Paat, MPH.
Menurutnya, contoh jelas bisa dilihat pada pasangan pengantin baru atau mereka yang terpisah cukup jauh dengan tenggang waktu lama.
"Biasanya, aktivitas hubungan seks mereka, kan, jadi tinggi.
Namun tingginya frekuensi ini lebih diwarnai oleh tingginya dorongan atau kebutuhan seksual semata-mata, bukan oleh sebab-sebab tertentu yang menjadi ciri utama perilaku hiperseks," terang konsultan seksologi di Biro Konsultasi Kesejahteraan Keluarga RS St. Carolus, Jakarta ini.
Ia mengatakan, bagi pasangan yang baru menikah, aktivitas intim menjadi sangat menarik dan menyenangkan lantaran menjadi sesuatu yang baru.
"Sama saja seperti nyopir. Begitu bisa, seseorang yang tengah belajar nyopir, kan, pasti pingin terus nyopir,” tambahnya.
Dia mengatakan jika awalnya tentu menyenangkan memiliki pasangan dengan dorongan seks tinggi.
Tapi lama-kelamaan, kan, pasangannya kewalahan dan merasa amat terganggu karena sangat menyita waktu dan energinya.
Ketua Dewan Pendidikan Yayasan Pondok Indah Don Bosco ini mengungkap, jika kedua belah pihak merasakan dorongan atau kebutuhan seksual yang sama-sama hiper, sebetulnya frekuensi yang tinggi tidak perlu dipermasalahkan.
Hal tersebut menjadi masalah ketika salah satunya merasa menderita saat melakukan aktivitas seksual.
Sebab dorongan seksual yang berlebihan tadi membuat pasangan selalu minta dilayani.
Bukankah berintim-intim harusnya diinginkan kedua belah pihak dan bisa saling memuaskan?
GridPop.ID (*)
Source | : | Grid.ID,Kompas Health |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar