GridPop.ID - Seorang kakek berusia 52 tahun mendadak viral di TikTok.
Di usianya yang sudah setengah abad lebih itu, si kakek rupanya masih doyan main PS hingga larut malam.
Tak hanya itu, kakek ini juga selalu pesan kopi hitam karena alasan ini.
Melansir dari laman tribunsolo.com, sebuah video yang memperlihatkan momen seorang kakek bermain di sebuah rental Play Station (PS) hingga 9 jam, viral di media sosial.
Usut punya usut sosok kakek tersebut adalah Drajat yang berasal dari Kota Batu, Jawa Timur.
Tak kalah dengan anak-anak muda lainnya ia masih memiliki hobi bermain PlayStation (PS) di rental hingga 9 jam setiap hari.
Diketahui pria ini sudah berusia 52 tahun dan memiliki tiga cucu,
Bahkan, terdapat video viral di Tik Tok berdurasi 47 menit yang diunggah akun @ferrypratondo dengan caption 'Gamer Tidak Pandang Usia'.
Diketahui video itu dibuat di rental PS Risma yang berada di Jalan Raya Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Minggu (20/10/2023).
Pemilik rental, Janu Risma, membenarkan adanya video viral tersebut.
Drajat merupakan pelanggan di tempatnya.
Sosok 52 tahun itu sering kali bermain PS mulai sekitar pukul 17.00 WIB hingga larut malam.
"Pak Drajat senang sekali main PS 4, gamenya Red Dead Redemption. Hampir setiap hari ke sini, mainnya sampai agak malam," kata Janu pada Selasa (24/10/2023) pagi.
Menurut Janu, Drajat merupakan warga setempat yang rumahnya dekat dengan rental PS-nya.
"Orangnya kadang bawa sepeda motor, rumahnya dekat dengan rental PS ini. Setiap main biasanya pesan kopi hitam sama rokok kretek, katanya biar tambah seru dan konsentrasi," ungkapnya.
4 Masalah Kesehatan akibat Main Video Game Menurut Penelitian
Melansir dari laman kompas.com, studi baru memperingatkan para gamers di rumah bahwa terlalu banyak bermain game dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
1. Cedera
Harvard Health Publishing (HHP) mengungkapkan, bermain video game yang berlebihan dapat menyebabkan cedera terkait game serta kecanduan.
Menurut HHP, bermain game dapat menyebabkan cedera stres berulang akibat penggunaan berulang.
Baca Juga: Jadi Istilah Baru yang Kerap Dipakai Anak Gaul hingga Viral di TikTok, Apa Arti dari Kata Cheugy?
Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas yang melibatkan penggunaan otot dan tendon berulang kali.
Akibatnya timbul rasa sakit dan peradangan. Jika cedera ini terus berlanjut, mati rasa dan kelemahan serta cedera permanen bisa terjadi.
Cedera tangan dan lengan yang berlebihan mengalami peningkatan di kalangan gamer.
Salah satu contohnya adalah sindrom carpal tunnel. Sindrom ini terjadi ketika ada peradangan saraf di pergelangan tangan yang menyebabkan nyeri dan mati rasa.
2. Obesitas
Bermain game juga terkait dengan obesitas pada remaja. Hal ini disebabkan karena seorang remaja bisa duduk selama berjam-jam setiap hari di depan layar dan kurang bergerak aktif.
Kelebihan berat badan juga terjadi karena asupan makanan meningkat saat bermain video game.
Menurut suatu penelitian di Journal of Clinical Nutrition, satu sesi permainan video game pada remaja pria sehat dapat meningkatkan asupan makanan, terlepas dari sensasi nafsu makan.
Ada bukti yang menunjukkan sinyal rasa kenyang terganggu ketika bermain game sehingga ingin terus makan.
Selain itu, tekanan mental saat bermain video game mengaktifkan pusat penghargaan, yang mengarah pada peningkatan asupan makanan.
3. Masalah penglihatan
Keluhan umum lainnya adalah masalah penglihatan seperti ketegangan mata.
Akibatnya terjadi sakit kepala dan konsentrasi yang buruk.
4. Masalah psikologis
Selain penyakit fisik, kecanduan bermain game juga bisa menyebabkan masalah psikologis.
Pemain game berisiko mengalami penarikan diri dan kehilangan minat pada aktivitas lain.
Bermain game juga telah dikaitkan dengan insomnia, gangguan ritme sirkadian, depresi, agresi, dan kecemasanm Ada juga kekhawatiran bahwa paparan kekerasan ekstrim dalam video game dapat membuat remaja dan dewasa muda mengalami masalah emosional serta kemungkinan melakukan tindakan kekerasan. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar