Terkadang, karena fisiknya yang sudah lemah Mbah Sri terpaksa beristirahat di pinggir jalan.
Walau begitu, semangat Mbah Sri tidak pernah surut dimakan usia.
Meski keadaannya pas-pasan, Mbah Sri selalu pasrah dengan yang Maha Kuasa.
Bahkan Mbah Sri juga selalu bermurah hati dengan sesama.
Pernah suatu ketika, dagangan Mbah Sri belum habis terjual padahal waktu sudah cukup larut malam.
Mbah Sri kemudian malah membeli dagangan oranglain karena alasan kasihan.
Sebab, pedagangnya berjualan sambil membawa seorang anak sejak pagi.
Kata Mbah Sri, suami ibu pedagang itu penghasilannya tidak menentu.
Bahkan untuk keperluan popok anaknya, seringkali tak terbeli.
Meski hidup pas-pasan, Mbah Sri tak pernah banyak berharap.
Sekedar ada yang beli dagangannya saja rasanya sudah sangat bahagia dan bersyukur sekali.
Source | : | Kompas.com,tribunnewsmaker |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar