Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.
Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha saat itu, dan tinggal selama 11 tahun untuk memperdalam ilmunya.
Pada 687, dalam perjalanannya kembali ke China, I-Tsing singgah lagi di Kerajaan Sriwijaya.
Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.
Dalam catatannya, I-Tsing kagum dengan perkembangan agama Buddha di Sriwijaya.
I-Tsing bahkan menyarankan para biksu dari negerinya yang hendak menuju Nalanda, singgah dan belajar di Sriwijaya.
Para biksu yang melawat ke Sriwijaya pun mempunyai tempat khusus dan sangat dihormati, baik oleh penguasa ataupun rakyatnya.
Meski pada saat itu Nalanda disebut sebagai pusat pengajaran agama Buddha terbesar, Sriwijaya menjadi pusat penyebaran dan ilmu pengetahuan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.
Selain catatan I-Tsing, ada juga berita-berita dari masa Dinasti Song (960-1279).
Dari catatan-catatan tersebut, diketahui bahwa Sriwijaya secara rutin mengirim utusan ke China.
Berita Arab dan Persia
Kerajaan Sriwijaya juga disebut dalam sumber-sumber dari Arab dan Persia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar