"Nak ngerampas (kunci motor), gawe apo kau?! Nak ngajak aku begoco apo?! (Mau merampas kunci motor. Memang kerjaan kamu apa! Mau mengajak berkelahi, hah!)" teriak si ibu.
"Udemlah pulo, bu. Jangan marah-marah di sini, (Sudahlah, Bu. Jangan marah-marah di sini)" tanggap si anak coba menenangkan dengan nada merengek.
"(Umpatan) kau ini! Orang ado kerjoan nak pegi ke Kikim ado begawe! Banyak urusan (Orang ada kerjaan mau pergi ke Kikim ada kerjaan)," lanjut si ibu yang larut dalam emosinya.
"Sudahlah, Ca!" ujarnya menegur anaknya sambil masih mengumpat.
Sementara anggota Polantas melaporkan pelanggaran lalu-lintas si ibu.
"Izin, Ndan. Ini salah satu pengendara yang melawan arus," kata anggota Polantas melaporkan tetapi terhenti oleh ocehan si ibu.
"Wong lagi ado.. Kurang ajar (sambil menunjuk-nunjuk) dia ni narik kunci. Dak cak itu etika polisi kau (Orang lagi ada.. Kurang ajar dia ini menarik kunci motor saya. Bukan begitu etika polisi)," katanya.
"Tidak pakai helm, pada saat ditanya surat-surat, ibu tidak memberitahukan," imbuh polisi dalam laporannya.
Kemudian si ibu mencoba untuk kabur dari anggota kepolisian sambil menyembunyikan kunci motor.
Namun anggota Polantas berpangkat Brigadir Polisi Satu (Briptu) ini tetap meletakkan kedua kakinya di antara roda depan motor si ibu.
"Apo?! Motor-motor aku (Apa?! Motor-motor aku)," katanya sambil menyembunyikan kunci motornya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Trends |
Penulis | : | Ekawati Tyas |
Editor | : | Ekawati Tyas |
Komentar