GridPop.ID - Lagi-lagi kasus perundungan atau bullying kembali jadi sorotan.
Kasus perundungan ini terjadi di Lampung.
Akibat dari kasus perundungan ini, seorang siswi SMA di Lampung mengalami depresi.
Mengutip dari TribunJatim.com, dampak dari intimidasi dan paksaan teman untuk terlibat dalam perilaku asusila, seorang siswi SMA di Lampung saat ini dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ).
Siswi SMA tersebut mengalami depresi berat sebagai akibat dari pelecehan atau perundungan oleh teman sekelasnya.
Korban, yang diidentifikasi sebagai MA, telah dipindahkan ke RSJ Provinsi Lampung oleh keluarganya karena mengalami gangguan jiwa yang parah.
Hal ini disebabkan oleh seringnya korban mengalami mimpi buruk dan teriakan keras.
Keadaan tragis ini menimpa seorang siswi SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.
Melansir dari Tribun Jakarta via TribunJatim.com, MA mengungkapkan bahwa dia sering diperintahkan oleh teman-temannya untuk terlibat dalam adegan asusila yang kemudian direkam oleh para pelaku.
"Disuruh foto aneh-aneh, suka baju, nonton porno," ujar MA.
MA menyatakan bahwa jika dia menolak perintah para pelaku, dia akan diancam untuk diperkosa.
"Ancaman dia itu mana, 'Ayo buka baju'," terang MA.
"Kalau enggak mau diperkosa," tambahnya.
MA mengungkapkan bahwa pelecehan ini terjadi mulai bulan Juli hingga awal Desember 2023 dan berulang terus-menerus, bahkan di dalam kelas.
Teman-temannya pun menyaksikan aksi perundungan ini di dalam ruang kelas.
"Sudah lama dari bulan Juli. Ada teman-teman melihat," cerita MA.
Kakak MA, CP, merasa sedih melihat adiknya mengalami perlakuan tidak manusiawi dari teman sekelasnya.
"Adik saya enggak mungkin tahu kayak gitu, dia itu enggak ngerti," ungkap CP.
CP menduga bahwa MA telah menjadi korban perundungan sejak awal tahun ajaran kelas 12.
"Mungkin dari masuk kelas 12 itu sudah di-bully," pungkas CP.
Sementara itu, paman dari korban, yang bernama Andi, mengungkapkan bahwa keponakannya dipaksa untuk melakukan tindakan meremas payudara sambil mengeluarkan desahan.
"Yang kami dapat hanya beberapa video yang direkam minggu lalu. Sebelumnya sudah pernah beberapa kali direkam juga, jadi keponakan saya ini dipaksa untuk mendesah."
"Terus ada juga dia dipaksa untuk memegang-megang dadanya, semua itu direkam dan disebarkan oleh teman-temannya ini," papar Andi (4/12/2023).
Andi melanjutkan bahwa keluarga mereka telah melaporkan kejadian ini ke Mapolresta Bandar Lampung.
Di sisi lain, Humas SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, Oktaviani Delasani, memberikan pernyataan yang mengejutkan.
Meskipun siswa SMA tersebut mengalami depresi dan trauma berat, Oktaviani Delasani lebih memilih untuk percaya pada pernyataan para pelaku.
Oktaviani Delasani menyatakan bahwa tidak ada tindakan perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah.
"Anak yang diduga sebagai pelaku ini cuma bilang, 'Si korban minta tolong saya videoin dia pakai bahasa Korea'," kata CP.
"Terjadilah dia di-videoin, mungkin namanya anak-anak jahil, 'Ngomongnya agak didesah-desahin'."
"Tapi mereka tidak pernah (mem-bully), karena korban ini dekat dengan anak-anak laki itu. Tidak ada (bully)," tambahnya.
Bentuk Bullying
Baca Juga: Kembali Terjadi! Bocah SMP Lakukan Perundungan ke Teman, Penyebab di Baliknya Hanya karena Foto
Melansir dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dikutip dari Kompas.com, berikut ini adalah enam bentuk bullying yang harus diwaspadai:
Dampak Bullying terhadap Kesehatan Mental Anak
Mengutip dari Kompas.com, bullying tidak hanya berdampak pada aspek fisik yang terlihat secara langsung, seperti luka, memar, dan perdarahan.
Bullying juga memiliki dampak yang luas pada kesehatan mental anak-anak.
Anak yang menjadi korban bullying sering mengalami penurunan harga diri, suasana hati yang cenderung negatif dan cemas, kesulitan mempertahankan konsentrasi, serta munculnya berbagai gejala psikosomatis seperti sakit perut atau sakit kepala.
Selain itu, anak-anak ini juga mungkin mengalami kesulitan tidur, gangguan pola makan, risiko tinggi terhadap depresi, dan bahkan dapat meningkatkan potensi risiko bunuh diri.
Semua dampak ini memberikan beban yang signifikan pada kesejahteraan anak, memengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan psikologis mereka secara menyeluruh.
(*)
Source | : | Kompas.com,TribunJatim.com |
Penulis | : | Helna Estalansa |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar