"Beliau ini kan suka bersihin tanaman juga di sekolah, jdi suka bawa sekop. Sambil nunjuk ke arah aku sambil kaya 'awas ya kalau kamu ngelaporin, awas ya kalau kamu ngadu. Ini (sekop) bakal kena ke kamu loh. Saya gak bakal berenti gituin kamu loh'," ungkap S.
Atas peristiwa ini, S mengaku sampai kena gangguan mental.
Ia didiagnosis terkena BPD atau Borderline personality disorder (BPD), yakni gangguan mental serius yang memengaruhi perasaan dan cara berpikir penderitanya.
Selain itu, ia juga terdiagnosis menderita Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD atas peristiwa traumatis yang dialaminya.
Kondisi ini sempat membuatnya kesulitan dalam mencapai tujuan hidup.
"Sampe akhirnya orangtua aku baru tahu akhir tahun 2021. Saat ini beliau (guru) sudah dipindah tugaskan, dan setau saya belum pensiun,"
"Aku akhirnya terdiagnosis BPD dan PSTD yang mengakibatkan aku banyak sekali mengalami kesulitan dalam hidup," papar dia.
Seiring berjalannya waktu, S kini memilih untuk kembali bangkit.
Atas dukungan keluarga dan teman-temannya, ia berhasil keluar dari trauma dan masa-masa terpuruk yang pernah ia alami sebagai korban pelecehan.
Ia pun turut berbagi pesan kepada perempuan lain agar tak takut bersuara apabila menjadi korban pelecehan.
"Buat teman-teman semua yang sedang merasakan atau yang baru saja selesai merasakan,gapapa cerita aja. Jangan kalian jadikan orang-orang ini berkeliaran bebas, gak boleh,"
"Jangan sampai ada S kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalian harus bisa memutus rantai para pelaku pelecehan tersebut," ungkap mahasiswi tersebut.
Baca Juga: Ada Kaitannya dengan Boikot Produk Israel, Istilah BDS Viral di TikTok
Source | : | Kompas.com,Tribun Style |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar