GridPop.ID - Viral di TikTok kisah memilukan dialami oleh gadis muda berinisial S ketika mengaku pernah menjadi korban pelecehan oleh gurunya.
Kisah gadis inisial S tersebut viral di TikTok setelah mengakui pengalaman pahit jadi korban pelecehan ketika usianya baru 10 tahun.
Dalam video viral di TikTok, S mengatakan kurang lebih dua tahun dilecehkan oleh gurunya sendiri di lingkungan sekolah.
Saat ini, ia sudah tumbuh dewasa dan menjadi seorang mahasiswi di salah satu universitas.
Dilansir dari Tribun Style, kisah kelamnya diceritakan oleh S melalui akun TikTok @inisikiboo.
Awal mulanya, seorang TikTokers bernama Richard Silalahi memberikan tantangan kepada siapapun yang melintas untuk membuat dirinya bangga.
Dengan tantangan tersebut, ia bakal memberikan hadiah sebagai imbalan berupa uang senilai Rp 200 ribu.
Alih-alih sekadar membuat bangga, S langsung menceritakan pengalaman pahit hidupnya untuk memberikan motivasi pada banyak orang.
"Aku adalah korban pelecehan sejak aku usia 10 tahun yang dilakukan oleh guru aku sendiri," kata S bercerita.
Baca Juga: Populer di Kalangan Anak Gaul, Istilah Skena Viral di TikTok, Apa Artinya?
Mahasiswi tersebut mengungkapkan jika dulu ia sering mengalami pelecehan oleh gurunya sendiri.
Mirisnya, peristiwa tersebut terjadi berulang-ulang selama dua tahun lamanya.
Selain itu, S bercerita bahwa kakinya sampai ditarik oleh guru tersebut hingga membuat otot kemaluannya mengalami masalah.
Seribu sayang, S mengatakan beberapa siswa dan guru di sekolah itu diduga tahu yang bersangkutan kerap melakukan pelecehan.
Namun kala itu, yang bersangkutan masih tetap bisa mengajar di sekolah tersebut.
"Sayangnya semua teman-teman dan guru-guru aku di sekolah itu tau kalau guru ini adalah salah satu pelaku pelecehan,"
"Ada satu kejadian yang pernah menimpa aku, kaki aku pernah ditarik sama beliau sampai otot kem****n aku rusak, dan di situ aku diancam gak boleh nangis. Gaboleh ngadu, gak boleh ngomong ke siapa-siapa," ungkapnya.
S mengatakan selalu mendapatkan ancaman dari guru itu setiap mendapatkan perlakuan tidak mengenakan tersebut.
Ia diancam agar tidak menangis terlebih lagi mengadu setiap dilecehkan.
Sesekali, ia juga pernah diancam dengan menggunakan sekop saat sang guru sedang membersihkan tanaman.
"Beliau ini kan suka bersihin tanaman juga di sekolah, jdi suka bawa sekop. Sambil nunjuk ke arah aku sambil kaya 'awas ya kalau kamu ngelaporin, awas ya kalau kamu ngadu. Ini (sekop) bakal kena ke kamu loh. Saya gak bakal berenti gituin kamu loh'," ungkap S.
Atas peristiwa ini, S mengaku sampai kena gangguan mental.
Ia didiagnosis terkena BPD atau Borderline personality disorder (BPD), yakni gangguan mental serius yang memengaruhi perasaan dan cara berpikir penderitanya.
Selain itu, ia juga terdiagnosis menderita Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD atas peristiwa traumatis yang dialaminya.
Kondisi ini sempat membuatnya kesulitan dalam mencapai tujuan hidup.
"Sampe akhirnya orangtua aku baru tahu akhir tahun 2021. Saat ini beliau (guru) sudah dipindah tugaskan, dan setau saya belum pensiun,"
"Aku akhirnya terdiagnosis BPD dan PSTD yang mengakibatkan aku banyak sekali mengalami kesulitan dalam hidup," papar dia.
Seiring berjalannya waktu, S kini memilih untuk kembali bangkit.
Atas dukungan keluarga dan teman-temannya, ia berhasil keluar dari trauma dan masa-masa terpuruk yang pernah ia alami sebagai korban pelecehan.
Ia pun turut berbagi pesan kepada perempuan lain agar tak takut bersuara apabila menjadi korban pelecehan.
"Buat teman-teman semua yang sedang merasakan atau yang baru saja selesai merasakan,gapapa cerita aja. Jangan kalian jadikan orang-orang ini berkeliaran bebas, gak boleh,"
"Jangan sampai ada S kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalian harus bisa memutus rantai para pelaku pelecehan tersebut," ungkap mahasiswi tersebut.
Baca Juga: Ada Kaitannya dengan Boikot Produk Israel, Istilah BDS Viral di TikTok
Korban pelecehan seksual memang sangat butuh bantuan dan dukungan dari orang-orang sekitar.
Dilansir dari Kompas.com, psikolog Sosial asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan, korban dari peristiwa pelecehan seksual memang memerlukan penanganan yang khusus, karena jelas sekali peristiwa yang dialaminya akan menimbulkan trauma.
"Kejadian perundungan dan tidak teratasi segera akan membuat traumatik kepada korbannya," kata Hening kepada Kompas.com, Jumat (3/9/2021).
Oleh karena itu, Hening menegaskan, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh orang terdekat untuk membantu korban mencegah dan mengobati traumatik yang dialaminya.
"Satu hal terpenting, dukungan keluarga adalah kekuatan psikologis luar biasa untuk korban perundungan untuk bangkit kembali memulai hidup baru dengan pribadi yang baru, lebih berani untuk menolak bentuk apapun berkaitan dengan perundungan," tegasnya.
Setidaknya ada 3 cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu korban pelecehan seksual:
1. Berikan support dan dengarkan ceritanya
2. Bantu cari solusi
3. Ajak korban melapor dan konsultasi
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Style |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar