“Awalnya, kami semua sangat takut karena kami belum pernah menyaksikan kejadian seperti itu, meskipun kami pernah mendengar beberapa kasus sebelumnya ,” kata K Chiranjibi.
Khetrabashi Sahu, pengemudi mobil jenazah, mengatakan bahwa dia mengambil "jenazah" Bujji Aamma dari rumah pada pukul 9 pagi.
Bujji Aamma dibawa pergi dan diangkut kembali dengan mobil jenazah yang sama.
Apa Itu Kremasi?
Dilansir dari Kompas.com, Kremasi adalah salah satu metode penanganan jenazah setelah meninggal, menjadi metode alternatif penguburan.
Agama di Indonesia yang memperbolehkan jenazah umatnya untuk dikremasi adalah penganut agama Buddha, Hindu, Katolik, Kristen Protestan, dan Khonghucu.
Proses pengkremasian biasa dilakukan di krematorium. Sedangkan masyarakat Hindu di Bali biasanya melakukan kremasi dengan upacara Ngaben di lahan terbuka.
Di krematorium, jenazah tetap ditempatkan dalam peti mati lalu dimasukkan ke dalam tungku besar berisi api. Suhunya berkisar 700 sampai 1.000 derajat celcius.
Kremasi memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam. Setelah jenazah menjadi abu, masih perlu dipisahkan dari komponen peti mati yang terbakar.
Jenazah manusia juga tidak seluruhnya menjadi abu. Tulang yang tidak terbakar akan dihancurkan agar menjadi abu dengan cara digiling dalam mesin.
Setelah terkumpul semua abu dimasukkan dalam kendi khusus dan diserahkan ke pihak keluarga.
Abu ini boleh dibawa pulang ke rumah, dilarungkan ke laut, maupun disimpan di rumah abu yang dapat dikunjungi kerabat kapanpun seperti halnya sedang ziarah ke makam.
Kremasi sering dipilih sebagai alternatif karena lahan makam yang semakin sedikit di kota-kota besar dan tidak membutuhkan biaya perawatan makam.
Biaya kremasi sendiri antara belasan juta hingga puluhan juta rupiah.
GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun-Medan.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar