GridPop.ID - Sudah menjadi rahasia umum bermain HP saat hujan petir sangat berbahaya.
Nasib pilu dialami empat pemuda di Kecamatan Sana Desa, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba).
Keempat pemuda itu meninggal dunia karena tersambar petir.
Melansir Sripoku.com adapun keempat korban itu yakni Irul (17) dan Agung Septian (17) keduanya warga Desa Macamg Sakti, serta Danil (17) dan Aren (21) yang merupakan warga Desa Terusan.
Mereka tersambar petir saat berteduh di salah satu pondok dekat Lapangan Voli Desa Macang Sakti.
Kondisi hujan sangat deras kala itu.
Sembari menunggu huja reda, keempat korban berteduh sambil bermain ponsel.
Akibatnya, dua orang di antaranya meninggal dunia di tempat kejadian dalam insiden tersebut yakni Agung dan Aren.
Dua korban lainnya yakni Irul dan Danil dalam kondisi kritis serta harus mendapatkan perawatan medis.
"Namun tiba-tiba petir besar menyambar pondok tempat mereka berteduh, hingga mengakibatkan dua orang korban meninggal dunia di tempat," ujar Camat Sanga Desa, Hendrik
Sementara dua orang lagi kritis dan langsung dievakuasi ke klinik dokter Desa Macang Sakti.
Para korban yang masih selamat dilarikan ke Puskesmas Lubuk Bintialo untuk menjalani perawatan.
"Untuk korban Irul dalam keadaan sadar, sedangkan korban kondisinya kritis.
Dua korban yang meninggal dunia juga sudah diserahkan ke pihak keluarga dengan dibantu kepolisian," tandas Hendrik.
Kasus Lain
Kasus lain dialami seorang satpam di wilayah PT Komatsi, Cilincing, Jakarta Utara.
Seorang pria berinisial AR (35) menjadi korban sambaran petir
Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @romansasopirtruck tampak AR berjalan di tengah hujan sedang membawa payunng dan sedang berkomunikasi melalui halky talky (HT).
Seorang peneliti sekaligus Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro menjelaskan penyebab sambaran petir tersebut.
"Mungkin itu mitos ya seolah frekuensi ponsel dan HT dengan petir itu nyambung, enggak ya. (Frekuensi) ponsel dan HT itu GHz (gigahertz) sedangkan petir maksimalnya hanya 100 MHz (megahertz), jadi tidak nyambung," kata Reynaldo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/12/2021)
Ia menyebutkan justru payung dan truklah menjadi easy target bagi lidah petir,
"Pemakaian payung menyebakan sasaran bertambah tinggi sehingga memungkinkan lebih mudah tersambar petir, karena lebih dekat ke lidah petir," ujarnya.
Berdasarkan analisisnya, truk-truk besar di sekitar lokasi juga bisa menjadi titik sambar petir, khususnya di daerah pertambangan.
Ia menerangkan, truk-truk tersebut merupakan easy target bagi petir karena strukturnya yang tinggi dan besar.
"Melihat ada tiang di samping belakang dan truk besar di depannya, yang bersangkutan ada di daerah sambaran petir," jelas dia.
"Sehingga final jump dari lidah petir lebih dekat ke yang bersangkutan dengan payungnya," sambungnya.
GridPop.ID (*)
Source | : | Sripoku.com,GridPop.ID |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar