Find Us On Social Media :

Kejahatan yang Sangat Keji, Pria Ini Diambil Organ Tubuhnya Demi Kepentingan Segelintir Orang

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Kamis, 11 April 2019 | 17:37 WIB

Ilustrasi

GridPop.ID - Dalam catatan sejarah di dunia, terdapat beberapa kasus perdagangan organ manusia yang sangat menyeramkan.

Terlalu banyak organ-organ manusia diambil dengan sangat sadis demi kepentingan segelintir orang.

Isu perdagangan organ manusia ini pun menjadi masalah yang patut didiskusikan secara serius oleh negara-negara di dunia.

Baca Juga : Mau Melahirkan, Seorang Ibu Terancam Hukuman Penjara Gara-gara Anaknya Pipis di Jalan

Sebuah RUU untuk mengekang perdagangan organ manusia telah menerima dukungan dengan suara bulat dari komite parleman di Kanada.

Para anggota parlemen di Komite Tetap untuk Urusan Luar Negeri dan Pembangunan Internasional mengesahkan RUU S-240 dengan amandemen pada 27 Februari.

Dilansir GridPop.ID dari Theepochtimes.com via Intisari, Kamis (11/4), putusan itu akan diajukan kepada anggota parlemen untuk pembacaan akhir di House of Commons.

Baca Juga : Kasihan, Seorang Anak Kehilangan 18 Gigi yang Harus Dicabut dan Hanya Tersisa 2 Gigi Karena Kebiasaan Tertidur dengan Dot di Mulut

Berbicara mengenai perdagangan organ manusia, mengingatkan kembali ke 13 tahun yang lalu pada tahun 2006.

Saat itu, sebuah laporan telah mengungkapkan berita tentang pengambilan organ secara sistematis oleh otoritas Tiongkok dari tahanan.

Laporang tersebut didasarkan pada saksi tentang para dokter yang mengambil organ dari korban saat mereka masih bernapas.

Baca Juga : Meski Sering Terlihat Glamor, Penampilan Tak Biasa Syahrini saat Menanti Suami di Rumah Bikin Kagum!

"Sangat menyakitkan untuk mengingat masa lalu. Organ-organ yang diambil dari manusia hidup dijual dengan harga sangat tinggi," ungkap saksi Annie (bukan nama sebenarnya).

Mantan suami Annie merupakan ahli bedah saraf dan salah satu dokter yang ditugaskan untuk melakukan tindakan keji itu oleh negara terhadap tahanan Falun Gong.

Falun Gong sendiri merupakan kelompok latihan spiritual religius Tiongkok yang menggabungkan meditasi dan latihan qigong dengan filosofi moral yang berpusat pada prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar.

Baca Juga : Tak Diperhatikan Pemerintah, Pria Ini Sendirian Bikin Jalan Sejauh 1,5 Km Tanpa Dibayar

"Setelah pengambilan organ hidup, beberapa praktisi Falun Gong masih hidup dan bernapas. Tetapi beberapa tubuh mereka langsung dilemparkan ke dalam oven krematorium. Tidak ada jejak tubuh mereka yang tersisa," kata Annie.

Tak hanya itu, organ vital mereka termasuk ginjal, hati, kornea, dan hati diambil untuk dijual dengan harga tinggi.

Terkadang untuk orang asing yang biasanya harus menunggu lama untuk sumbangan sukarela dari organ-organ tersebut di negara asalnya.

Juru bicara Pusat Informasi Falun Gong yang berbasis di Toronto, Joel Chipkar, mengatakan pelecehan oleh rezim Tiongkok terhadap pengikut Falun Gong itu.

Baca Juga : Ketagihan 3 Game Online Sekaligus, Seorang Anak di Kediri Bikin Dompet Orang Tuanya Jebol hingga Rp 11 Juta

Pada tahun 1999, rezim komunis Tiongkok memulai kampanye penganiayaan terhadap pengikut Falun Gong yang berlanjut hingga hari ini.

Hal itu mengakibatkan ratusan ribu orang dipenjara selama bertahun-tahun.

Para peneliti mengatakan industri transplantasi Tiongkok tumbuh pesat setelah kampanye tersebut.

Baca Juga : Lama Tak Terdengar Kabarnya, Jihan Fahira Kepergok Selfie dengan Risty Tagor Banjir Komentar Ini dari Warganet!

Pada 2016, temuan menunjukkan bahwa setiap tahun, antara 60.000 hingga 100.000 transplantasi terjadi di Tiongkok, sebuah negara di mana donasi organ praktis nol.

Berbicara pada sidang parlemen tentang RUU untuk melawan pengambilan organ, anggota parlemen Liberal Borys Wrzesnewskyj mengatakan bahwa sejak Perang Dunia Kedua, dunia belum pernah melihat "kengerian manusia pada skala industri oleh negara, pemerintahan" seperti Tiongkok.

Baca Juga : Tiga Pelaku Aksi Pengeroyokan di Pontianak Ditetapkan Sebagai Tersangka, Akui Menyesal hingga Berderai Air Mata Meminta Maaf

"Komunis Tiongkok tidak bisa tidak melihat perjalanan yang relatif bebas yang mereka dapatkan secara internasional dari penganiayaan terhadap Falun Gong, dari pembantaian massal untuk organ mereka," kata David Matas menulis dalam laporan Desember 2018. (*)