Saat kericuhan mengganas di seperempat malam, Wariman memilih untuk menepi di seberang Halte Sarinah yang berjarak kurang lebih 200 meter di belakang barikade terdepan Brimob yang berhadapan dengan massa.
Di tempat itu, Wariman menangguk keuntungan dengan cepat karena diserbu anggota Brimob yang tengah kebagian jatah istirahat.
Dagangannya ludes dalam rentang waktu tak sampai sejam.
Padahal sebelumnya, ia butuh kira-kira tiga jam berkeliling pada siang menjelang sore hari untuk menjual habis satu stok dagangan.
"Saya enggak khawatir sama sekali, soalnya di belakang Brimob. Percaya saja lah sama mereka (Brimob). Saya kan ada di bawah JPO (jembatan penyeberangan orang) sana. Itu kan di tengah-tengah Brimob yang lagi tempur sama yang lagi jaga (di arah Bundaran HI). Depan Brimob, belakang Brimob, Aman lah pasti," tutur pria dua anak itu.
"Nah, ya alhadulillah rezeki sudah ada yang ngatur juga. Sebenarnya saya memang kejebak juga di situ kan enggak bisa ke mana-mana lagi. Eh kebetulan saja ya mereka (Brimob) juag manusia yan namanya, haus juga pasti dari siang kejemur. Kadang ada temannya atau komandannnya saya enggak tahu, langsung ngeborong gitu saja buat dibagiin, enggal ambil kembalian lagi. Coba tanya tukang rokok juga, pasti sama ceritanya sama saya," Wariman berkisah.
"Barang enggak nyampe sejam, bayangin, Mas, habis!" tambah dia lagi.