Find Us On Social Media :

Tanggapi Kerusuhan 22 Mei, Agum Gumelar Ungkap Ada Dua Kelompok Purnawirawan yang Siap Mati untuk Capres Nomor Urut 02

By None, Jumat, 31 Mei 2019 | 14:38 WIB

Agum Gumelar

GridPop.ID - Polisi telah mengamankan tiga kelompok penumpang gelap yang menunggangi aksi kerusuhan 21-22 Mei lalu.

Tiga kelompok tersebut bergabung dengan massa sembari membawa senjata api dan menjadi perusuh.

Selain itu polisi masih meyakini adanya kelompok lain yang menunggangi aksi kerusuhan 21-22 Mei.

Baca Juga: Dalang Kerusuhan 22 Mei Terbongkar, Tokoh Di Belakang Aksi Ini Ternyata Orang Kuat dan Sulit Dilawan, Ini Ciri-cirinya!

Di sisi lain, Agum Gumelar juga turut memberikan reaksinya terhadap kerusuhan 21-22 Mei lalu.

Dikutip dari Tribun Jakarta, mantan Danjen Kopassus, Agum Gumelar mengatakan ada kelompok purnawirawan yang rela berkorban demi calon presiden (capres) 02, Prabowo Subianto.

Hal itu dikemukakan Agum Gumelar saat menanggapi aksi kerusuhan 21-22 Mei di sejumlah titik di Jakarta.

Baca Juga: Inilah Penyokong Dana Tersangka Penembak Mati 4 Tokoh Nasional dan Kerusuhan 22 Mei di Gedung Bawaslu

Awalnya, Agum Gumelar mengungkapkan bahwa ada dua kelompok purnawirawan yang ikut berada dalam barisan pendukung kubu 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.

"Purnawirawan yang mendukung 02, saya rasa ada dua kelompok sebetulnya," ujar Agum Gumelar kepada Kompas TV, Kamis (30/5/2019).

Ia mengatakan, ada kelompok purnawirawan die hard yang rela mati demi Prabowo Subianto, ada pula kelompok yang realistis.

Baca Juga: Operasi Rahasia di Balik Kerusuhan 22 Mei, Ketika Amplop Mulai Dibagikan

"Kalau saya lihat ya, ada yang memang die hard artinya mati pun siap untuk Prabowo kira-kira begitu. Tetapi saya lihat lagi ada yang realistis, ada yang nalar," imbuhnya.

Agum Gumelar memaparkan bahwa hal itu merupakan bagian dari konstestasi demokrasi.

"Jadi banyak di antara mereka juga kemudian melihat satu realita politik, kenyataan politik, ini kan kontes demokrasi," tandas Agum Gumelar.

Diketahui sebelumnya, ada dua purnawirawan yang ditetapkan sebagai tersangka pasca-pemilu 2019.

Baca Juga: Apresiasi Penjagaan Polri dan TNI di Lokasi Kerusuhan, Cathy Sharon Bagikan Makanan Buka Puasa Gratis Untuk Para Petugas

Dikutip dari Kompas.com, mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan, Rabu (29/5/2019).

Kivlan Zen ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan makar dan penyebaran berita bohong serta disebut terlibat dalam kepemilikan senjara ilegal.

Menurut pengacara Kivlan Zen, Suta Widhya, kliennya itu akan dipindahkan ke Rutan Guntur, guna melanjutkan prosedur hukum yang berlaku.

Baca Juga: Sempat Viral dan Dikabarkan Tewas Setelah Dipukuli Oknum Brimob, Ini Motif Andri Bibir Suplai Batu Untuk Kerusuhan 22 Mei

Pasal yang disangkakan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 14 an/atau Pasal 15, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP Pasal 107 jo Pasal 110 jo Pasal 87 dan/atau Pasal 163 jo Pasal 107.

Sementara mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI (Purn) Soenarko sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kepemilikan senjata api ilegal ditahan di Rumah Tahanan Militer Guntur.

Diberitakan Kompas.com, polisi juga telah mengungkap tiga kelompok penumpang gelap yang menunggangi aksi unjuk rasa menolak hasil pilpres di depan Bawaslu pada 21-22 Mei.

Baca Juga: Fotonya Dipakai Untuk Isu Palsu Tewasnya Margaretha Nainggolan di Kerusuhan 22 Mei, Wanita Ini Tak Terima dan Lapor Polisi

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengatakan, kelompok pertama adalah mereka yang berusaha menyeludupkan senjata api ilegal dari Aceh.

Senjata ilegal tersebut antara lain jenis M4 Carbine berikut dua buah magasin, peredam suara, tali sandang, tas belanja, senpi berjenis Revolver dan Glock beserta 50 butir peluru.

Kelompok yang berusaha menyeludupkan senpi ilegal itu melibatkan mantan Danjen Kopassus Mayor Jenderal TNI (Purn) Soenarko.

Baca Juga: Ambulans Berlogo Partai Gerindra yang Dikemudikannya Berisi Batu Tanpa Alat Medis di Lokasi Kerusuhan, Begini Pengakuan Sang Sopir

"Salah satunya kelompok yang kemarin memasukkan senjata ilegal dari Aceh," kata Iqbal di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan, Jakarta, Senin (27/5).

Kelompok kedua diduga bagian dari teroris yang identitasnya terungkap usai polisi mengamankan dua orang perusuh yang memiliki afilasi dengan kelompok pro Negara Islam Irak dan Suriah, ISIS.

Polisi menyebut kedua orang perusuh itu merupakan anggota organisasi Gerakan Reformasi Islam (Garis) yang berniat jihad pada aksi 21-22 Mei.

"Beberapa pelakunya sudah menyampaikan bahwa ingin memanfaatkan momentum demokrasi sebagai aksi, karena memang demokrasi itu menurut mereka itu pahamnya kafir," kata Iqbal.

Baca Juga: Cerita Unik Penjual Kopi Keliling saat Kerusuhan 22 Mei, Raup Keuntungan Uang Melimpah 3 Kali Lipat Namun juga Merasa Kecewa, Kenapa?

Kelompok terakhir yang diduga menunggangi aksi 21-22 Mei adalah mereka yang berupaya merancang pembunuhan terhadap empat tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei.

Polisi telah mengamankan enam orang tersangka yakni HK, AZ, IR, TJ, AD, dan HF, yang bergabung dengan massa dengan membawa senjata api.

Iqbal mengatakan, masih terbuka peluang adanya kelompok lain yang ingin menunggangi aksi 21-22 Mei yang saat ini masih dalam investigasi terkait keberadaannya.

Baca Juga: Bertemu Presiden Jokowi, Pedagang Kelontong yang Jadi Korban Penjarahan Kerusuhan 22 Mei Berurai Air Mata

"Bisa saja masih banyak ini penumpang-penumpang gelap. Tunggu saja nanti, tim sedang bekerja," kata dia.

Selain tiga kelompok tersebut, polisi telah mengamankan 42 orang yang diduga menjadi perusuh aksi 21-22 Mei 2019.

Polisi masih mencari keterkaitan antara ketiga kelompok penunggang aksi dengan para perusuh tersebut. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta dengan judul Agum Gumelar Sebut Ada Oknum Kelompok Purnawirawan yang Rela Mati Demi Prabowo