GridPop.ID - Cuaca merupakan suatu hal yang tak lepas dari kehidupan manusia.
Dikutip dari Wikipedia, cuaca merupakan seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet lainnya.
Biasanya cuaca akan berlangsung selama beberapa hari.
Jika cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim.
Berbicara mengenai cuaca, di Indonesia banyak yang mengenal keahlian seseorang untuk mengatur hujan yang biasa disebut pawang hujan.
Salah satunya ialah pawang hujan yang sudah dikenal mahir bernama Mbah Rebo ini.
Sebagaimana diberitakan Kompas.com, pria dengan nama asli Teguh Sri Suseno itu bisa mengubah cuaca mendung yang bakal berubah hujan menjadi terbendung.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sapu di sekitar Monumen Persahabatan Negara Non Blok, TMII itu, membagikan kisahnya.
Awalnyam, Mbah Rebo hanya menjadi satpam di TMII sejak tahun 1975.
"Saya pengawal Bu Tien juga kalau beliau ada urusan di TMII. Jadi hanya ketika Bu Tien masuk ke TMII saya yang kawal," ungkap pria berusia 54 tahun saat ditemui, Kamis (8/8/2019).
Seiring berjalannya waktu, ia ingin menjadi pawang hujan dan memulainya pertama kali di tahun 1992 meski merasa tidak yakin.
"Keinginan saya sendiri. Salah satunya saya sering puasa dan meditasi. Malah bisa. Enggak turun hujan pas saya praktikkan," katanya.
Pamornya semakin menanjak pada 2006, di mana saat itu ia menahan turun hujan di acara pernikahan anak teman kerjanya di TMII.
"Dulu namanya Pak Tawal, punya hajat nikahan. Dia mempercayai saya untuk menangkal hujan. Padahal banyak pawang yang sudah terkenal," kenangnya.
Semenjak sukses melaksanakan tugasnya di acara pernikahan itu, tawaran demi tawaran datang kepadanya.
"Di tahun itu saya mulai menjadi pawang hujan secara profesional," katanya.
Tugas di Papua
Bahkan karena saking dikenal akan kemampuannya, Mbah Rebo sempat dipanggil untuk membantu mengamankan cuaca di tanah Papua saat proyek pembangunan jalan.
Selama 20 hari Mbah Rebi menghabiskan waktu di Papua.
"Bikin jalan dari Wamena ke Habema. Puncak Jaya ke bawah. Saya ke sana biar enggak hujan. Intensitas hujan di sana tinggi," tambahnya.
Yang lainnya, ia sempat membendung hujan pada acara Cap Go Meh di Batam.
"Dua kali saya bantu acara itu di Batam," tambahnya.
Pihak TMII juga membutuhkan pertolongannya saat pemasangan kaca-kaca di Museum Transportasi.
"Kalau gerimis aja, susah masang kaca karena licin. Akhirnya alhamdulilah selama seminggu saya bantu," katanya.
Tangani Ratusan Acara Pernikahan
Mbah Rebo mengaku telah menangani sebanyak ratusan permintaan menahan hujan saat acara pernikahan.
"Saya sehari pernah menangani sembilan tempat dalam sehari. Sebelum hari Hnl-nya saya keliling. Dan tidak hujan," ujarnya.
Namun, Mbah Rebo pun juga bisa menangkal hujan dari jarak jauh.
"Saya juga pernah menangani hujan dari jarak jauh. Seringnya pas acara polisi di Sukabumi. Yang Cap Go Meh itu juga dari jauh. Tinggal telepon saya saja," tambahnya.
Meski sudah ahli, rupanya Mbah Rebo juga pernah gagal lantaran ada sejumlah pantangan yang tak boleh dilanggar olehnya.
Pantangan tersebut adalah Mbah Rebo dilarang minum air dingin maupun mandi dengan air dingin.
"Waktu acara ke Sukabumi, saya nginap di sana. Tapi salahnya saya mandi air dingin di sekitar gunung Ceremai. Abis mandi langsung hujan deras. Tapi dari ratusan acara nikahan, hanya gagal tiga kali. Tapi wedding alhamdulilah selalu lancar," katanya.
Selain menahan hujan, ia juga mampu untuk memanggil hujan turun. Jasanya itu pernah diminta oleh pihak Lanud Halim Perdana Kusuma untuk membasahi sekitaran area Lanud.
"Saya disuruh hujanin karena rumput kering di musim kemarau kan takut kebakaran. Saya bantu untuk turunkan hujan, alhamdulilah, percaya enggak percaya," tambahnya.
Tarif
Dikutip dari Tribun Jakarta, Mbah Rebo dibayar sekitar Rp 300 ribu sampai Rp 1 juta saat awal belajar menjadi pawang hujan.
"Rata-rata itu Rp 1 sampai Rp 3,5 juta. Pernah ada yang lebih sekali acara bisa Rp 5 juta. Setiap musim hujan pasti ada," terang pria dengan anak satu itu.
Dari profesinya itu, Mbah Rebo bisa menghidupi anaknya hingga mengenyam pendidikan di bangku kuliah.
Mbah Rebo bisa menangani permintaan kapan saja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
"Saya bisa kapan saja. Sebelum hari H bisa, bahkan pas dadakan di hari H itu juga bisa. Saya sudah tahu seluk beluknya," terangnya.
Di kala musim hujan, permintaan yang datang kepadanya membeludak.
"Apalagi kalau bulan Januari, banyak. Kan Januari artinya Hujan Tiap Hari," ujarnya berkelakar. (*)