Find Us On Social Media :

Cerita Haru Ilham Akbar Habibie, Putra Sulung BJ Habibie yang Tak Fasih Bahasa Indonesia hingga Perjuangan Ainun Rela Lepas Karier demi Buah Hatinya

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Kamis, 19 September 2019 | 17:47 WIB

Ilham Akbar Habibie dan almarhumah Ainun Habibie.

GridPop.ID - Kepergian Bacharuddin Jusuf Habibie pada Rabu (11/9/2019) lalu membuka tabir keluarganya yang terbilang sunyi dari pemberitaan.

Tak seperti anak mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono apalagi anak Presiden Joko Widodo, dua putra almarhum BJ Habibie jarang diekspos media.

Putra sulung mendiang BJ Habibie dan Ainun, Ilham Akbar Habibie, selain tak fasih berbahasa Indonesia, ia juga sempat merasakan kasih sayang mendiang ibunya yang sangat luar biasa.

Baca Juga: Thareq Kemal Habibie Akhirnya Blak-blakan Ungkap Alasan Gunakan Penutup Mata Hingga Sampaikan Hal Ini: Mungkin Otak Saya Sudah Puluhan!

Diberitakan GridPop.ID sebelumnya, saat BJ Habibie menjabat sebagai orang nomor satu, Ilham Akbar Habibie sama sekali tidak mengetahui ayahnya menjadi Presiden.

Meski sudah dewasa, karena keterbatasan jarak membuat Ilham sedikit lambat mengetahui.

Ilham bercerita saat ayahnya diangkat jadi presiden, ia sedang berada di Berlin.

Baca Juga: Dulu Foto Bareng Habibie hingga Panen Pujian dari Ainun, Penampilan Bocah Cilik Mantan Bintang Cinta Fitri Ini Kini Berubah Drastis!

Sehingga ia tidak mengetahui kabar tersebut secara langsung, melainkan dari televisi.

"Kebetulan waktu kejadian 21 Mei itu saya tidak di Indonesia, saya lagi kerja di Air Show di Berlin, jadi malem-malem bapak saya telpon, gak saya angkat. Dikatakan tolong nyalain TV, saya baru sadar, wah ada sesuatu yang terjadi," kata Ilham, saat diwawancarai di acara Rosi, Kompas TV, beberapa lalu.

Setelah melihat peristiwa itu, Ilham memutuskan hari itu juga ia bertolak ke Indonesia.

Baca Juga: Kritikan Pedas Anggun C Sasmi Terhadap Masyarakat yang Ngebet Selfie di Makam Mendiang Habibie: Sudah Saatnya Ada Edukasi

Dalam pembicararaan tersebut terungkap tentang kemampuan bahasa Indonesia Ilham kala itu tidak mumpuni.

Dia mengatakan jika dirinya harus les bahasa Indonesia agar lancar berbahasa.

Mulanya, Rosi, sebagai pembawa acara mengatakan kehebatan Ilham yang bisa membaca di umur 4 tahun.

Baca Juga: Ungkap Keinginan Terakhir BJ Habibie untuk Ikut Promosi Film 'Habibie & Ainun 3', Hanung Bramantyo: Tetapi Tuhan Berkata Lain

Namun, ketika pulang ke Indonesia dirinya harus les terlebih dahulu.

"Harus les bahasa Indonesia dahulu ketika pulang ke Indonesia, dan guru lesnya adalah bapak Yus Badudu?," tanya Rosi pada Ilham, dikutiop tribuntimur dari Wartakota

Anak Habibie itu menjawab jika gurunya adalah Hari Mukti Krida Laksana.

Setelah belajar les pada Hari Mukti, dia ngaku belum begitu lancar berbahasa Indonesia waktu itu.

Baca Juga: Jarang Terekspos, Inilah Potret Cantik Istri Ilham Akbar Habibie Menantu BJ Habibie yang Selalu Tampil Kekinian dengan Batik

"Waktu itu masih belum (pintar bahasa Indonesia), sekarang ada kemajuan," Jawab pria berkepala plontos ini.

Seakan mengetes, ketika ditanya beberapa bahasa yang tenar namun bukan bahasa baku, Ilham pun sedikit mengerti.

Ternyata, penyerapan beberapa bahasa 'gaul' itu justeru datang dari anaknya.

"Apa artinya baper?" tanya Rosi.

Baca Juga: 3 Tahun Lalu Datang ke Tempat Ini, Terungkap Alasan Habibie dan Ainun Jadi Pendonor Mata Bukan Diberikan untuk Thareq Kemal Habibie

"Bawa perasaan, saya tahu dari anak saya," jawab Ilham sambil tertawa.

Namun ketika ditanya 'woles aja', Ilham tidak mengetahui maksud itu.

Sementara itu, Ilham Akbar Habibie juga pernah menceritakan sosok mendiang ibunya yang rela melepas karier demi buah hatinya.

Dikutip dari Tribun Timur, almarhumah Ainun Habibie semasa hidupnya dikenang sebagai sosok perempuan yang luar biasa.

Almarhumah membesarkan kedua putranya, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie dengan penuh rasa kasih sayang.

Tulisan berikut ini diambil dari buku Ibu di Mata Mereka, terbitan Intisari, yang ditulis oleh Yatie Asfan Lubis.

Baca Juga: Sibuk Bertugas dan Sering Tinggalkan Keluarganya, Aiptu Indra Ungkap BJ Habibie Sering Meminta Maaf Padanya Selama Dirinya Mengabdi Menjadi Ajudan

Inilah yang ditulis oleh Ilham Akbar Habibie dalam buku tersebut, mengenai ibunya, Hasri Ainun Habibie, yang ketika itu belum lama setelah kepergiannya menghadap kepada Yang Maha Pencipta, 22 Mei 2010.

Berikut petikannya:

Bukannya aku ingin melontarkan puji dan puja, namun memang itulah makna dari namanya: Hasri Ainun Besari, mata yang indah.

Ibuku lahir di Semarang pada 11 Agustus 1937.

Ayahku, H. Bacharuddin Jusuf Habibie (lahir di Pare-Pare 25 Juni 1936).

Pada tahun-tahun pertama pernikahan, mereka hidup di Jerman karena ayahku bekerja di sana.

Baca Juga: Cantik dan Bergaya Kekinian, Inilah Potret Istri Thareq Kemal Habibie Menantu BJ Habibie yang Profesinya Nggak Sembarangan!

Aku lahir di Aachen, Jerman, begitu pula adikku: Thareq Kemal Habibie.

Sejak SD hingga aku meraih gelar Doktor - Ingenieur dengan predikat summa cum laude, (Juli 1994) aku tinggal di negeri itu.

Meski Ibu kerap berdialog dalam bahasa Indonesia, aku cenderung lebih menguasai bahasa Jerman dan Inggris.

Karena memang aku tidak pernah mengecap sekolah di Tanah Air.

Selama 31 tahun bermukim di sana dan di Amerika selama 2 tahun.

Baca Juga: BJ Habibie Disebut Bakal Donor Kornea Mata Untuk Putra Bungsunya, Ilham Akbar Ungkap Fakta Sebenarnya Mengenai Gangguan Penglihatan yang Dialami Sang Adik

Aku selalu teringat, betapa ibuku, yang seorang dokter lulusan Universitas Indonesia tahun 1965 rela melepas kariernya sebagai dokter anak.

Perempuan lemah lembut ini memilih tinggal di rumah untuk mengurus suami dan kedua putranya.

Hidup di perantauan - Eropa – menimbulkan banyak risiko dan tanggung jawab. Kami tak punya pembantu.

Ibuku yang mungil rela mengerjakan semua tugas rumah tangga, hingga mengantar Ayah berangkat kerja.

Baca Juga: Kerelaan BJ Habibie Jadi Saksi Nikah Anak ART di Penghujung Usianya, Nekat Keluar dari Rumah Sakit hingga Gunakan Kursi Roda, ART: Kami Sangat Kehilangan

la yang punya SIM (ayahku tidak) laiknya seorang sopir pribadi.

Entah apa jadinya bila aku tak memiliki ibu seperti dia.

Pagi mengantar ke dermaga ferry, malam pergi lagi menjemput.

Ibuku amat mandiri.

la juga menularkan sikap itu pada kami berdua. Aku dan adikku diajar tidak canggung mengerjakan tugas seorang perempuan.

Baca Juga: Bak Pengantin Baru, Ajudan Ungkap Perlakuan Habibie pada Ainun Setiap Hari di Istana hingga Rela Lakukan Hal Ini untuk sang Istri

Mencuci, menyetrika, memasak, dan menjahit bukan hal yang sulit bagi kami.

Waktu kami tinggal di Jerman, sementara Ibu harus mendampingi Ayah yang bertugas di Indonesia, kami menikmati "kemandirian yang terlatih" olehnya. (*)