GridPop.ID - Kemunculan Lucinta Luna di dunia hiburan Indonesia sempat membuat heboh netizen.
Sebab setelah nama Lucinta Luna mencuat menjadi terkenal, banyak sekali kabar beredar tentang jati diri sang artis tersebut.
Beredar foto dan video yang mengungkapkan bahwa Lucinta Luna sebenarnya adalah sosok lelaki.
Setelah foto dan video yang beredar, muncullah KTP Lucinta Luna yang menyebutkan dia seorang lelaki pula.
Namun semua hal yang sempat beredar itu dibantah oleh mantan personil Duo Bunga tersebut.
Sang pelantun lagu Tanpa Status ini mantap meyebutkan jika dirinya ini adalah wanita seutuhnya.
Bahkan ia juga menyebutkan dirinya sebagai ratu. Dirinya adalah wujud dari ratu keabadian.
Namun sayangnya, semua hal yang diungkapkan kekasih Abash ini harus sirna setelah ia terjebak kasus penyalahgunaan narkoba.
Karena kasus tersebut, jati diri sang ratu keabadian ini terbongkar.
Pihak kepolisian menjelaskan jika Lucinta Luna telah resmi mengganti status jenis kelaminnya pada tahun 2019 kemarin.
Usut punya usut, Lucinta melakukan operasi kelamin di Thailand.
Fakta tersebut tentunya bertolak belakang dengan pernyataan sang artis saat pertama kali muncul di televisi.
Ya, Lucinta mengaku sebagai wanita tulen, dan tidak melakukan operasi kelamin.
Melihat fenomena yang terjadi pada Lucinta Luna, dr. Boyke Nugraha, seorang seksolog angkat bicara soal transgender.
Hal itu diungkapkan oleh dr. Boyke saat berbincang dengan Abraham Silaban, yang kemudian diunggah di kanal Youtube Abraham pada Kamis (20/2/2020) kemarin.
"Transgender ini adalah suatu kondisi di mana, seorang yang jiwanya wanita, dan jasmaninya pria. Mereka adalah kelompok minoritas.
"Sehingga seakan-akan jiwanya terperangkap pada jasmani yang salah," ungkap dr. Boyke.
"Karena dia jiwanya wanita, maka dia akan berusaha untuk menjadi wanita yang perfect, termasuk dia melakukan operasi kelamin," tambahnya.
Abraham pun penasaran tentang faktor yang menyebabkan seseorang berani mengambil keputusan berubah menjadi seorang transgender.
"Ini dari faktor apa dok?" tanya Abraham.
"Itu sangat kompleks, mulai dari faktor genetik, faktor di dalam kandungan ada, proses kelahiran, hingga proses ke pubertas," kata sang seksolog.
Lebih lanjut, dr. Boyke mengungkapan bahwa ada serangkaian tes yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi seorang transgender.
Serangkaian tes tersebut dilakukan dengan para psikiater, dan dokter khusus.
"Jika ini dilakukan, apakah ada risiko?" tanya Abraham.
"Untuk melakukan operasi kelamin, dari seorang pria ke wanita, itu kita nggak bisa langsung mengatakan 'itu operasi kelamin'.
"Karena ada tahapan-tahapan. Dan tahapannya itu dengan tes oleh para psikiater. Mereka dites, bener nggak sih ini jiwanya wanita. Bener nggak sih dia terperangkap di tubuh pria," ungkap dr. Boyke.
Jika seorang pria terbukti memiliki hormon wanita yang lebih besar, maka ia harus mematikan hormon testosteronnya.
"Nah melalui serangkaian tes tersebut, bisa diputuskan kalau dia menjadi wanita, memang betul kok dia wanita.
"Sekarang masalahnya adalah tubuhnya pria, hormonnya lebih banyak testosteron, dan akhirnya suntuk hormon, untuk membesarkan payudara, dan hormon testosteron dimatikan," papar dr. Boyke.
Mendengar pernyataan sang dokter, Abraham masih penasaran dengan efek setelah melakukan operasi kelamin.
Namun, dari penutusan dr. Boyke, tak akan ada efek yang muncul jika operasi pengangkatan kelamin sukses dilakukan.
"Ada risiko fatal untuk kesehatannya?" tanya Abraham.
"Risiko fatal ya di operasinya, ada pendarahan hingga kematian," ungkap dr. Boyke.
"Risiko lain ada nggak?" desak Abraham.
"Nggak ada, selama itu dilakukan oleh dokter yang baik, biasanya fine-fine aja," tandas dr. Boyke.
(*)