Find Us On Social Media :

Bertubi-tubi Terima Ancaman Pembunuhan, Tri Rismaharini Akui Pernah Nyaris Ditabrak Truk hingga Diteror Ular Misterius, sang Anak yang Punya Kemampuan Indigo Jadi Penyelamat

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Minggu, 8 Maret 2020 | 17:15 WIB

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini

Dikutip dari Kompas.com, Hari Perempuan Internasional muncul sejak 1908 yang bermula dari gerakan buruh yang kemudian diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Saat itu sebanyak 15.000 perempuan berbaris di New York City menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah yang lebih baik, dan hak untuk memilih.

Setahun kemudian, pada 1909, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.

Baca Juga: Pekerjakan 20 ART dengan Honor Selangit, Ashanty Ngaku Kapok Sering Marah dan Salahkan Pengasuh Anaknya hingga Dapat Teguran Keras dari Anang Hermansyah: Kamu Ngapain sih Marah-marah

Gagasan untuk menjadikan hari internasional datang dari seorang perempuan bernama Clara Zetkin.

Dia menyarankan gagasan itu pada 1910 di Konferensi Internasional tentang Pekerja Perempuan di Kopenhagen, Denmark.

Konferensi tersebut dihadiri 100 wanita dari 17 negara dan mereka semua menyetujui saran Clara.

Hari Perempuan Internasional dirayakan pertama kali pada 1911 di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss.

PBB baru meresmikan pada tahun 1975. Pada 1996, tema pertama yang diadopsi oleh PBB pada adalah "Merayakan Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan."

Baca Juga: Berderai Air Mata saat Cerita Soal Idap Tumor Tiroid Stadium 4, Thalita Latief yang Tengah Terbaring di Rumah Sakit Ungkap Rasa Syukur Setelah Jalani Operasi: Terima Kasih Semuanya, Terima Kasih Allah!

Hari Perempuan Internasional telah menjadi tanggal untuk merayakan seberapa jauh perempuan telah berperan di masyarakat, politik, dan ekonomi.

Ditetapkannya tanggal 8 Maret merupakan penyesuaian kalender Julian ke kalender Gregorian.

Pada saat pemogokan buruh perempuan terjadi adalah tanggal 23 Februari 1917, namun dalam kalender Gregorian adalah 8 Maret. (*)