Angka tersebut naik dari sebelumnya pada 10 Maret yakni 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian.
Kasus DBD di Jatim terbanyak di Kabupaten Trenggalek, disusul Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, kemudian daerah lain merata.
Herlin mengatakan, Pemprov Jatim belum berencana menetapkan status kejadian luar biasa (KLB), meski jumlah korban meninggal karena DBD mencapai 20 orang.
Ini karena angkanya masih di bawah tahun lalu. "Jadi, definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya ada 10.000 kasus. Saat ini sudah 2.000, jadi belum bisa dikatakan KLB," ucapnya. Pada 2019, total 18.393 kasus DBD, di mana 185 orang meninggal.
"KLB bisa dilihat dari kasus kematian. Kalau tahun lalu pada bulan ini sudah seratusan. Jadi, tahun ini meski tinggi belum bisa dikatakan KLB," katanya.
Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya menekan kasus DBD. (*)