GridPop.ID - Selain virus corona yang menjado sorotan, ada pula penyakit demam berdarah (DBD) yang juga terjadi mengintai kesehatan masyarakat Tanah Air.
Kasus demam berdarah juga tak bisa dipandang sebelah mata.
Meski penyebarannya tak secepat virus corona, namun demam berdarah (DBD) telah merenggut nyawa banyak orang.
Pelan namun pasti, sekiranya itulah ungkapan yang tepat disematkan pada penyakit DBD karena bahkan hingga penyebaran sakit ini sudah terjadi secara lama dan belum ditemukan obat pasti untuk menyembuhkan.
Terkait kasus DBD, ada sebuah cerita pilu di mana penyakit ini berhasil merenggut nyawa lima orang bocah berusia 10 tahun di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Diberitakan Kompas.com, Menurut Bupati Belu Willy Lay, seluruh penderita DBD yang meninggal itu berasal dari keluarga kurang mampu.
Selain itu, rata-rata dari keluarga korban tersebut juga belum tecover oleh fasilitas JKN-KIS.
"Jadi pasien yang dibawa ke rumah sakit itu memang sudah dalam keadaan kritis," ujar Willy.
"Mereka takut ke RS karena tidak punya BPJS," tambahnya.
Menyikapi kondisi itu, pihaknya mengaku sudah membuat terobosan untuk menekan jumlah korban DBD di wilayahnya.
Upaya yang dilakukan itu adalah dengan menggratiskan seluruh biaya berobat bagi seluruh pasien DBD yang dirawat di rumah sakit.
"Semua pasien yang datang berobat tidak usah bayar. Gratis dulu, supaya mereka tidak takut datang. Ada BPJS atau pun tidak, tetap harus ditangani," jelasnya.
Tak hanya di NTT, kasus kematian yang terjadi akibat DBD juga terjadi di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Merujuk artikel terbitan Kompas.com (13/3/2020), Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat, dari awal Januari hingga 13 Maret 2020, sebanyak 20 pasien meninggal dunia akibat kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Jatim.
"Per hari ini tercatat ada 2.016 kasus DBD dengan 20 orang meninggal dunia," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dr Herlin Ferliana di Surabaya, mengutip dari Antara, Jumat (13/3/2020).
Angka tersebut naik dari sebelumnya pada 10 Maret yakni 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian.
Kasus DBD di Jatim terbanyak di Kabupaten Trenggalek, disusul Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, kemudian daerah lain merata.
Herlin mengatakan, Pemprov Jatim belum berencana menetapkan status kejadian luar biasa (KLB), meski jumlah korban meninggal karena DBD mencapai 20 orang.
Ini karena angkanya masih di bawah tahun lalu. "Jadi, definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Sebelumnya ada 10.000 kasus. Saat ini sudah 2.000, jadi belum bisa dikatakan KLB," ucapnya. Pada 2019, total 18.393 kasus DBD, di mana 185 orang meninggal.
"KLB bisa dilihat dari kasus kematian. Kalau tahun lalu pada bulan ini sudah seratusan. Jadi, tahun ini meski tinggi belum bisa dikatakan KLB," katanya.
Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya menekan kasus DBD. (*)