Find Us On Social Media :

Kabar Gembira di Tengah Kemelut Corona, Peneliti Lakukan Studi Obat untuk Kurangi Risiko Komplikasi Paru-paru dan Kematian Akibat Covid-19

By Luvy Yulia Octaviani, Kamis, 26 Maret 2020 | 15:00 WIB

Ilustrasi vaksin

GridPop.ID - Ditengah kemelut melawan Virus Corona, selalu berhembus kabar baik untuk memberikan penguatan kepada semua orang.Bahkan, hal ini juga bisa membantu mengurangi ketakutan atas bayang-bayang menakutkan Covid-19.Berhembus kabar diantaranya bahwa virus ini tidak bermutasi dengan cepat di tubuh manusia hingga upaya pencarian vaksin virus corona yang terus dilakukan.

Baca Juga: 7 Tahun Jadi Penggali Liang Lahat Kepercayaan Keluarga Jokowi, Suripto Beri Kesaksian Soal Proses Persiapan Peristirahatan Terakhir Ibunda Sang Presiden yang Tak Sita Banyak Waktu: Tanahnya Mudah DigaliKemudian terdapat juga berbagai kisah kebaikan yang ditunjukkan publik di tengah merebaknya Covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona.Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan sejumlah kabar gembira dan memunculkan harapan bagi khalayak saat wabah menyebar.

Baca Juga: Nyaris 2 Tahun Alami Pergulatan Batin Hingga Mantap untuk Bercerai, Penyanyi Ini Ngaku Sempat 'Pura-pura' Harmonis di Depan Media Sampai Alami Gangguan Kesehatan Mental: Aku Enggak Kuatan Orangnya

1. Virus corona tidak bermutasi cepat Peneliti dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory berdasarkan studi terbaru menyatakan, SARS-Cov-2 tidak serta merta melakukan mutasi di tubuh manusia. Dilansir The Washington Post Rabu (25/3/2020), semua virus mengalami evolusi, mereplikasi diri begitu di inangnya, dan menyebar ke seluruh populasi. Ada beberapa dari mutasi itu yang betahan dari seleksi alam. Namun dalam kasus SARS-Cov-2, patogen itu tidak mempunyai proofreading.

Baca Juga: Gegerkan Publik Lantaran Mendadak Gugat Cerai Istrinya, Ternyata Inilah 3 Pundi-pundi Uang Ustad Abdul Somad untuk Mengais Rezeki yang Tak Pernah Terekspos!Ilmuwan menerangkan, karena tidak punya proofreading, maka kaasus yang muncul di sejumlah tempat hampir sama kode genetiknya.Peter Thielen, pakar genetika molekuler di Universitas Johns Hopkins berujar, saat ini pihaknya meneliti sekitar 1.000 sampel. Dia mengatakan, terdapat empat banding 10 perbedaan antara virus yang menginfeksi Amerika Serikat dengan yang pertama ditemukan di Wuhan, China. "Ini adalah jumlah mutasi relatif kecil karena telah melewati sejumlah besar orang," papar Thielen. Kabar ini jelas merupakan berita positif. Pasalnya melalui penelitian tersebut, ahli bisa menciptakan satu vaksin saja. Tidak seperti flu di mana mereka harus menghasilkan obat baru setiap tahunnya.

Baca Juga: Dikenal Sosok yang Ramah dan Mudah Bergaul, Pesohor Negeri Kenang Almarhumah Ibunda Jokowi Hingga Ajak Salat Gaib untuk Lantukan Doa Terbaik dari Rumah Masing-masing

2. Bantuan dari keluarga pengungsi Suriah Seorang perempuan di Vancouver, Kanada, menceritakan bagaimana dia mendapat bantuan dari keluarga pengungsi Suriah yang pernah dia bantu. Robin Stevenson yang berasal dari Leeds memutuskan mengisolasi bersama keluarga sekembalinya mereka dari Meksiko pada awal Maret. Saat mengarantina itulah, Stevenson mengaku menerima telepon dari keluarga yang pernah dia bantu bermigrasi ke Amerika Utara pada 2016.

Baca Juga: Jauh dari Kesan Mewah Meski Putra Sulungnya Jadi Seorang Presiden, Beginilah Sosok Ibunda Joko Widodo di Mata Para Pesohor IndonesiaDikutip The Independent Selasa (24/3/2020), keluarga tersebut kini mengelola sebuah toko kelontong. Di sinilah bantuan pun terjadi. "Mereka menelepon untuk mengatakan bahwa mereka menaruh plastik makanan di depan rumah saya," kata penulis buku bertema anak-anak dan remaja itu. Stevenson berkata, keluarga itu menuturkan mereka bisa membawakanya makanan jika dibutuhkan selama beberapa hari ke depan. "Mereka sangat baik, dan orang murah hati. Kami menjadi teman baik selama beberapa tahun terakhir. Saya yakin kami akan selalu terikat," tuturnya.

Baca Juga: Tumbuh dari Keluarga Pedagang Kayu Hingga Pilih Nikah Muda, Sujiatmi Notomiharjo Lahirkan Presiden RI Hingga Selalu Berpesan untuk Amanah: Kamu Bukan Hanya Milik Keluarga, Sekarang Sudah Punya Bangsa Indonesia

3. Ilmuwan teliti obat untuk kurangi komplikasi virus corona Peneliti Kanada pada Senin (23/3/2020) dilaporkan meluncurkan studi terkait penggunaan obat anti-inflamasi untuk mengurangi risiko komplikasi paru-paru dan kematian terkait Covid-19. Beberapa pasien SARS-Cov-2 disebut mengalami komplikasi parah karena lonjakan sel imun di paru-paru, dikenal juga sebagai "badai sitokin". Dalam badai sitokin, sistem kekebalan bereaksi berlebihan dan merusak jaringan paru-paru. Menyebabkan kegagalan organ dan gangguan pernapasan akut.

Baca Juga: Menyayat Hati, Ridwan Kamil Tak Kuasa Lihat Raut Wajah Bocah yang Terpisah dari Orang Tuanya yang Diisolasi Karena Corona, Kang Emil Besimpuh Bimbing Doa, Dede: Aku Kangen Ayah dan BundaTim peneliti tersebut dipimpin oleh Jean-Clude Tardif, direktur pusat penelitian Institut Montreal Heart dan guru besar kedokteran di Universitas Montreal. Diwartakan AFP, mereka mencoba meneliti colchicine dengan harapan, obat itu bakal memoderasi sel kekebalan yang berlebihan pada pasien SARS-Cov-2. Obat ini disebut untuk mengobati encok dan perikarditis (radang selaput jantung). Jika terbukti berhasil, maka ini menjadi kabar baik dalam perjuangan mengalahkan Covid-19.

Baca Juga: 2 Kali Pindah Rumah Sakit Alih-alih Dapat Hasil Tes Setelah Alami Gejala Corona, Warga Ini Ngaku Hanya Berujung Konsultasi Tanpa Tahu Dirinya Positif Atau Negatif Covid-19, Kok Bisa?

(*)Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: Ilmuwan Teliti Obat untuk Kurangi Komplikasi