Find Us On Social Media :

Belum Usai Kasus Covid-19 yang Bikin Dunia Pontang Panting, Peneliti Malah Temukan Virus Corona Jenis Baru yang Bisa Bermutasi dan Mematikan!

By Septiana Risti Hapsari, Jumat, 24 April 2020 | 09:50 WIB

ilustrasi virus corona

GridPop.ID - Sampai saat ini, pandemi global virus corona belum bisa teratasi.

Bahkan jumlah korban yang berjatuhan dari hari ke hari makin bertambah.

Selain sulitnya mengontrol masyrakat, ternyata virus tersebut juga telah bermutasi semenjak awal mula diumumkan mewabah.

Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan peyakit Covid-19 menunjukkan kemampuan mutasi baru yang tak boleh dianggap remeh.

Baca Juga: Terjangkit VIrus Corona, Pegawai Perdagangan Ini Dihabisi hingga Meregang Nyawa, Begini Kisahnya yang Menyayat Hati

Studi yang ditemukan ilmuwan China mengungkapkan, strain bervariasi dari virus corona jenis baru di seluruh negara di dunia telah memberi dampak yang juga berbeda-beda.

Mutasi agresif ini ditemukan oleh Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya di Zhejiang University.

Mengutip dari SCMP via Kompas.com, para ilmuwan mengkonfirmasi untuk pertama kalinya terkait mutasi sangat langka yang bahkan tak pernah diperkirakan sebelumnya.

Sebuah bukti di laboratorium China menunjukkan SARS-Cov-2 dapat menciptakan jenis virus yang lebih mematikan ketimbang lainnya.

Baca Juga: Tak Usah Panik, Ikatan Dokter Indonesia Sampaikan Bahwa Tanpa Bantuan Medis Pasien Positif Covid-19 Bisa Sembuh dengan Sendirinya dan Virus Akan Hilang dalam Jangka Waktu Tertentu

"SARS-CoV-2 telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya," kata Prof Li dan timnya dalam makalah yang dirilis pracetak di medRxiv.org pada Minggu (19/4/2020), dikutip dari Kompas.com.

Mutasi ini dapat mempengaruhi seberapa besar para virus merusak sel inangnya.

Prof Li menggunakan pendekatan dengan cara menganalisa strain virus yang diisolasi dari 11 pasien Covid-19.

Pasien tersebut dipilih secara acak dari Hangzhou di provinsi timur Zhejiang.

Baca Juga: Bagikan Cerita Sahur Pertama, Ibu Sambung Shireen Sungkar Akui Merasa Bersalah Pada Sang Suami karena Hal Ini, Santi: Sampe Sekarang Merasa Bersalah

Mereka menguji seberapa efisien virus di dalamnya mampu menginfeksi dan membunuh sel.

SCMP melaporkan, mutasi paling mematikan pada pasien Zhejiang juga telah ditemukan pada sebagian besar pasien di seluruh Eropa.

Sedangkan strain yang lebih ringan adalah varietas dominan yang ditemukan di Amerika Serikat, seperti di negara bagian Washington.

Prof Li mengingatkan mutasi lebih lemah tidak menjamin adanya risiko infeksi lebih rendah.

Baca Juga: Dikonsumsi Jutaan Umat, Ikan Gurih dan Nikmat Ini Ternyata Dipenuhi Zat Kimia Mengerikan hingga Jadi Pemicu Penyakit Kanker

Lebih dari 30 mutasi virus corona dideteksi menciptakan 19 mutasi atau sekitar 60 persennya adalah mutasi virus baru.

Mutasi baru ini menyebabkan perubahan fungsional pada spike protein virus, memungkinkan struktur unik di atas selubung virus mampu mengikat sel manusia.

Tim Li memverifikasi teorinya dengan menginfeksi sel menggunakan strain virus corona yang membawa mutasi berbeda.

Parahnya, strain paling agresif dari SARS-CoV-2 mampu menghasilkan viral load 270 kali lebih banyak dibanding jenis virus paling lemah.

Baca Juga: Bolehkah Minum Secangkir Teh saat Sahur dan Buka Puasa? Begini Penjelasan dari Pakar Nutrisi yang Penting Banget Dicatat!

"Itu adalah hasil tak terduga dari sedikitnya selusinan pasien yang menunjukkan perbedaan dari strain virus yang sebagian besar masih diremehkan," jelas Prof Li, dikutip dari Kompas.com.

Li dan timnya juga menemukan mutasi langka tri-nukleotida pada pasien berusia 60 tahun.

Yakni mutasi langka dengan tiga perubahan yang terjadi secara berturut-turut.

Ilmuwan mengklaim hal itu tak biasa sebab umumnya sebuah gen bermutasi hanya pada satu situs di satu waktu.

Baca Juga: Dianjurkan Dalam Agama untuk Berbuka Puasa dengan yang Manis, Ternyata Bukan Makanan dan Minuman yang Rasanya Manis, Ini yang Dianjurkan!

Mutasi yang ditemukan pada pasien itu mengakibatkan feses pasien menjadi sangat menular dengan strain virus tetap hidup.

"Menyelidiki dampak fungsional dari mutasi tri-nukleotida ini akan sangat menarik," kata Prof Li.

Gen virus corona yang bermutasi saat ini juga sangat berbeda dengan gen yang ditemukan kali pertama di Wuhan.

Ilmuwan menyebutkan virus corona umumnya berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan.

Namun hingga hari Senin (21/4/2020), lebih dari 10.000 strain yang diurutkan, mengandung sebanyak 4.300 mutasi, lapor China National Centre for Bioinformation.

Baca Juga: Tak Ingin Alami Gangguan Pencernaan dan Masalah Perut saat Puasa? Simak Tips Porsi Makan yang Pas dan Sehat Agar Ibadah Puasa Makin Lancar

Temuan studi tersebut menjelaskan adanya perbedaan mortalitas regional.

Virus corona memberikan ketidakpastian dimana tingkat kematian antar negara diketahui sangat bervariasi.

Hal ini akan mempengaruhi upaya pengembangan vaksin, sehingga Prof Li dan rekannya menyarankan agar kemungkinan mutasi virus corona di suatu wilayah dipertegas demi menentukan tindakan yang tepat.

"Pengembangan obat-obatan dan vaksin, walaupun mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi virus corona ini. Untuk menghindari potensi yang lebih buruk," jelas Prof Li.

Sekedar informasi, Prof Li adalah orang pertama yang mengusulkan agar Wuhan melakukan lockdown, melihat virus yang mereka hadapi adalah jenis baru yang belum diketahui penanganannya.

(*)

Baca Juga: Mudah Banget Bikin di Rumah, Intip 5 Pilihan Takjil yang Sehat dan Enak Ini demi Tingkatkan Daya Tahan Tubuh saat Puasa di Tengah Pandemi Corona

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Makin Mematikan, Strain Agresif Covid-19 Memunculkan Mutasi Langka yang Mengancam Perkembangan Vaksin Virus Corona.