GridPop.ID - Beberapa waktu yang lalu, Kota Surabaya merayakan hari jadinya yang ke 727.
Di tengah pandemi virus corona dan Surabaya menjadi salah satu kota yang tercatat salah satu daerah kasus covid-19 yang tinggi, Walikota Tri Rismaharini berpamitan.
Risma berpamitan ketika dalam upacara perayaan di Blai Kota Surabya, Minggu (31/5/2020).
Ulang tahun kali ini menjadi perayaan Hari Jadi Kota Surabaya yang Risma ikuti untuk terakhir kalinya.
Sebab masa jabatan sebagai Walikota Surabaya akan rampung pada akhir tahun ini.
Risma pun tak lupa berpamitan dengan jajarannya dan terutama dengan warga kota Surabaya.
Hal itu ia sampaikan saat memimpin perayaan hari Jadi Kota Surabaya pada hari Minggu kemarin.
Tak lupa dirinya juga memberikan pesan bagi penerus serta jajaran pegawai pemerintahan serta warga Surabaya.
Pesan tersebut berhubungan dengan awal dirinya terjun di dunia politik dengan menjadi Walikota Surabaya 10 tahun silam.
Tri Rismaharini pun juga meminta maaf selama dirinya menjabat sebagai Walikota.
"Ini mungkin perayaan Hari Jadi Kota Surabaya yang terakhir bagi saya, karena tahun depan saya harus meninggalkan balai kota. Karena itu, saya mohon maaf kalau mungkin ada perkataan dan perilaku saya yang kurang berkenan di hati teman-teman sekalian," tutur Risma.
Dalam pesan tersebut, Risma menyampaikan bahwa perkembangan sebuah kota bukan hanya ada di pundak Walikotanya saja.
Seluruh jajaran pegawai pemerintahan serta warga di kota itulah yang menjadi nadi perubahan kota.
Menurutnya sebuah kota tak mungkin bisa berkembang atau berubah sekejap mata tanpa usaha dan kerja keras semua pihak.
Oleh karena itu, Risma pada kesempatan kali ini secara khusus meminta pada jajaran Pemerintah Kota Surabaya untuk selalu bergerak, berpikir dan jangan berhenti memajukan pembangunan kota Surabaya.
Risma pun berpesan bahwa Surabaya bukanlah untuk warga saat ini saya tetapi untuk anak cucu mendatang, jadi harus dijaga bersama-sama.
"Saya minta tolong yang ada di Pemkot Surabaya untuk terus bergerak, berpikir dan berpikir terus jangan sampai berhenti. Ayo kita terus majukan kota tercinta ini. Kalau kota ini maju, maka anak cucu kita akan survive di kotanya sendiri," tutur Risma.
Ia juga teringat saat pertama kali menginjakan kaki di Balai Kota, 10 tahun silam.
Dirinya harus langsung berhadapan dengan masalah tahunan Surabaya kala itu, yakni banjir.
Banjir di mana-mana, bahkan membuat Risma kala itu tak bisa tidur selama tiga hari lantaran menyelesaikan masalah tersebut.
Hingga salah satu stafnya pernah berkata bahwa banjir yang terjadi di Surabaya adalah kiriman dari kota lain.
Tapi Risma tak langsung menyerah dan berpangku tangan dengan masalah seperti itu.
"Saya ingat betul omongan staf itu. Saya sampaikan kepada dia bahwa Gusti Allah sudah menciptakan Surabaya berada di tepi pantai di ujung Jawa Timur, itu sudah pemberian Tuhan. Dampaknya apa? Ya kita harus selesaikan banjir itu, hingga sekarang sudah tidak ada lagi banjir kiriman itu. Jadi artinya, kita bisa mengubah itu," ujar Risma.
Pada kesempatan itu, Risma berkali-kali mengajak warga terus bergerak dan melangkah memajukan Kota Surabaya.
Apabila berhasil membantu atau menolong orang, dan orang tersebut berhasil membantu banyak orang, maka ada kenangan yang bisa ditinggalkan.
"Ayo setiap individu harus bergerak untuk memajukan Surabaya, karena kita harus berjuang demi anak-anak kita semua," ujar Risma.
(*)