Find Us On Social Media :

Angin Segar Berhembus di Tengah Sektor Ekonomi Morat-marit karena Pandemi Corona, Nilai Rupiah Menguat Jadi Rp 14.000, BI: Adaya Topangan dari Faktor Global dan Domestik

By Septiana Risti Hapsari, Jumat, 5 Juni 2020 | 13:00 WIB

ilustrasi rupiah. KONTAN/Muradi/2018/09/06

GridPop.ID - Virus corona begitu memberika efek yang sangat besar bagi seluruh dunia.

Bagaman tidak, hampir semua sektor mengalami kerugian yang sangat besar, apalagi sektor ekonomi.

Selama pandemi virus corona, tak sedikit negara yang kesulitan akibat ekonomi yang porak-poranda.

Baca Juga: Bukti Manusia Hanya Bisa Berencana, Niat Ingin Tinggal di Rumah Baru yang Sudah Selesai Dibangun Pupus Setelah Suami Tiba-tiba Meninggal, Curhatan Pilu Sang Istri Viral di Media Sosial

Namun, baru-baru ini ada angin segar soal mata uang rupiah yang kini menguat.

Bak angin segar, PSBB di sejumlah wilayah juga dilonggarkan dengan banyak aturan terkait covid-19 demi perlahan memulihkan ekonomi.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 14.095 per dollar AS, naik sekitar 2,22 persen atau 320 poin dibanding penutupan perdagangan hari sebelumnya, yakni Rp 14.416 per dollar AS.

Baca Juga: Ferdian Paleka dan Dua Pelaku Prank Sembako Sampah Lainnya Bebas, Polisi Kini Berbalik Arah Usut Tuntas Para Pembully Sang YouTuber

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah mengatakan, penguatan rupiah yang terbilang cukup signifikan sebenarnya ditopang oleh faktor global dan domestik.

Di pasar keuangan global, nilai tukar dollar AS semakin melemah dipicu oleh 3 hal. Mulai dari ekonomi dunia yang berangsur pulih hingga adanya demo massa di AS.

Pertama, optimisme terhadap pemulihan ekonomi dunia menguat sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara.

Baca Juga: Jadi Peramal Kondang yang Prediksinya Jarang Meleset, Mbah Mijan Wanti-wanti Nikita Mirzani yang Blak-blakan dan Suka Nyinyir: Takutnya Bakal Ketemu Kesialan

"Kedua, suku bunga simpanan US Dollar saat ini sangat rendah mendekati nol persen, bahkan banyak imbal hasil obligasi negara di sejumlah negara maju sudan negatif. Ketiga, meluasnya demo di seluruh Amerika," kata Nanang kepada awak media, Rabu (3/6/2020).

Sementara dari sisi domestik, investor global mulai mencari kembali instrumen pasar dengan imbal hasil tinggi, karena imbal hasil dalam dollar AS dan sejumlah mata uang negara maju sudah sangat rendah.

Alhasil, para investor itu masuk kembali ke RI mengingat RI menawarkan persentase imbal hasil yang menarik, setelah sebelumnya minggat akibat kekhawatiran pandemi Covid-19.

Baca Juga: Lama Menghilang Bak Ditelan Bumi, Fatin Shidqia Tiba-tiba Pamer Gandengan Baru yang Ternyata Bukan Orang Sembarangan, Siapa?

"Tentunya dengan peringkat rating investment grade, yield SBN 10 tahun yang menawarkan imbal hasil 7,5 persen sangat menarik bagi investor global (yield hunting). Apalagi baru saja India menawarkan credit ratingnya di-downgrade," papar Nanang.

Sebagai informasi, kembali tumbuhnya kepercayaan investor kepada RI terlihat pada lelang Surat Berharga Negara ( SBN) pada Selasa lalu.

Pada lelang itu, terjadi penawaran masuk hingga Rp 105 triliun, merupakan yang tertinggi sejak 28 Februari 2020. Sekitar 30 persen dari incoming bid tersebut berasal dari investor asing.

Baca Juga: Tak Sungkan Bermanja Ria dengan Ashanty, Azriel Hermansyah Malah Terlihat Kaku Saat Rayakan Ulang Tahun Bersama Krisdayanti Hingga Bikin Netizen Geregetan: Mana Ibu Tiri, Mana Ibu Kandung?

Investor asing yang tidak memperoleh dari lelang perdana, akhirnya masuk ke pasar sekunder pada hari ini.

Tak heran, yield SBN 10 tahun tembus di bawah 7 persen hari ini dan ditutup di angka 6,98 persen.

"Akhirnya, pasokan valas dari bank-bank luar negeri yang terkait dengan inflows ke SBN tersebut mendorong Rupiah menguat hari ini ke level Rp 14.050," pungkas Nanang.

Baca Juga: Ibu Reino Barack Tolak Luna Maya Mentah-mentah, Syahrini Justru Dapat Panggilan Sayang dari Mama Mertua, Diambil dari Bahasa Jepang dan Punya Makna Indah!

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Rupiah Menguat ke Kisaran Rp 14.000, BI: Kepercayaan Investor Pulih