Begitu keluar, ia berpelukan bersama dengan istri dan anggota keluarganya diiringi tangisan.
Petugas kesehatan dari Puskesmas Juwana yang hadir lalu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi Mbah Pani. Dari pemeriksaan tersebut, Mbah Pani dinyatakan dalam keadaan sehat.
"Kondisinya bagus. Pernapasan dan tensinya juga bagus," kata Hardi Widiyono, Jumat (20/9/2019).
Hardi menambahkan, kondisi Mbah Pani yang lemas merupakan kewajaran lantaran ia tidak makan dan mengalami dehidrasi.
Liang kubur Mbah Pani sejatinya akan dibongkar seusai salat Jumat.
Namun, Mbah Pani justru berbisik lain kepada istrinya lewat lubang pernapasan dan meminta liang kuburnya dibongkar seusai maghrib.
Meski warga dan sejumlah pihak telah berdatangan, keluarga Mbah Pani menuruti keinginannya.
Pembongkaran lalu dilakukan sebelum maghrib lantaran papan penutup liang pertapaan mulai retak sebagian.
"Jadi keluarga khawatir kalau ada hal-hal yang tak diinginkan. Yang di dalam juga khawatir," kata adik ipar Mbah Pani, Joko Wiyono, Jumat (20/9/2019).
Proses pembongkaran tersebut juga dihadiri oleh perangkat desa, Koramil, serta petugas kepolisian dari Polsek Juwana.
Sementara, saat ditemui seusai menjalani ritual tersebut, Mbah Pani mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukungnya.
Pria 63 tahun tersebut belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut lantaran kondisinya yang masih lemah.
"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya. Kepala saya masih sakit. Kalau besok saya sudah fit dan sudah siap, saya siap membicarakan hal ini," katanya dalam Bahasa Jawa, Jumat (20/9/2019).
(*)