GridPop.ID - Sebuah peristiwa mengejutkan dialami pria ini.
Semua berawal dari ksi topo pendem yang dilakukan oleh Supani alias Mbah Pani.
Penduduk Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah itu sudah dikubur hidup-hidup.
Usai 5 hari melakukan topo pendem, liang kubur tempat Mbah Pani bertapa itu akhirnya dibongkar.
Diberitakan GridPop.ID sebelumnya, ritual ke-10 ini dimulai Senin malam hingga lima hari ke depan.
Mbah Pani memulai ritual topo pendem selepas menunaikan salat Magrib di Musala Al-Ikhlas, musala setempat.
Mbah Pani mengatakan, topo pendem kali ini merupakan yang ke 10 atau terakhir.
Dalam menjalani ritual topo pendem itu, ia dikubur selama tiga hari tiga malam dalam liang di dalam rumahnya. Dan dua kali dijalani di luar desanya yaitu di desa Ketip, tetangga desa.
"Karena ini yang terakhir, nanti tidak cuma tiga hari, tapi lima hari," kata Mbah Pani di rumahnya.
Ditanya mengenai tujuan dan hal lainnya, Mbah Pani enggan memberi keterangan sebelum ritual tuntas dilaksanakan.
Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.
Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.
Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro. Adapun ritual terakhir ini dilakukan 18 tahun berselang.
Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.
Ia dikafani dan disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.
Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.
Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.
Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan. Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.
Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah. Pintu dikunci dari dalam.
Setelah lima hari berlalu, akhirnya liang kubur tempat Mbah Pani dikubur hidup-hidup dibongkar pada Jumat (20/9/2019) pukul 16.30 WIB, satu jam lebih cepat.
Dikutip dari Tribunnews, rencana awal, liang kubur Mbah Pani akan dibongkar sesuai maghrib seperti permintannya.
Proses pembongkaran liang kubur dilakukan oleh keluarga dan warga sekitar.
Dalam video yang berhasil direkam oleh Tribun Jateng, warga tampak membongkar liang kubur menggunakan cangkul.
Setelah papan penutup liang tampak, pipa paralon kemudian disingkirkan. Penutup tersebut kemudian disingkirkan.
Saat dibuka, Mbah Pani tampak terbaring menyamping menghadap kiblat hingga masih mengenakan kain kafan dengan posisi tangan kanan berada di bawah.
Keluarga dan warga sekitar melantunkan shalawat saat penutup dibuka.
Di dalam liang kubur tersebut, Mbah Pani tampak pucat dan lemah, pihak keluarga lalu turun untuk memberi makan dan minum Mbah Pani.
Keluarga juga memandikan Mbah Pani dengan air bunga. Setelah itu, kain kafan yang dipakai Mbah Pani dilepas dan diganti sarung.
Selama proses tersebut, warga terus melantunkan shalawat sehingga Mbah Pani lalu keluar dibantu oleh orang-orang sekitarnya.
Begitu keluar, ia berpelukan bersama dengan istri dan anggota keluarganya diiringi tangisan.
Petugas kesehatan dari Puskesmas Juwana yang hadir lalu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi Mbah Pani. Dari pemeriksaan tersebut, Mbah Pani dinyatakan dalam keadaan sehat.
"Kondisinya bagus. Pernapasan dan tensinya juga bagus," kata Hardi Widiyono, Jumat (20/9/2019).
Hardi menambahkan, kondisi Mbah Pani yang lemas merupakan kewajaran lantaran ia tidak makan dan mengalami dehidrasi.
Liang kubur Mbah Pani sejatinya akan dibongkar seusai salat Jumat.
Namun, Mbah Pani justru berbisik lain kepada istrinya lewat lubang pernapasan dan meminta liang kuburnya dibongkar seusai maghrib.
Meski warga dan sejumlah pihak telah berdatangan, keluarga Mbah Pani menuruti keinginannya.
Pembongkaran lalu dilakukan sebelum maghrib lantaran papan penutup liang pertapaan mulai retak sebagian.
"Jadi keluarga khawatir kalau ada hal-hal yang tak diinginkan. Yang di dalam juga khawatir," kata adik ipar Mbah Pani, Joko Wiyono, Jumat (20/9/2019).
Proses pembongkaran tersebut juga dihadiri oleh perangkat desa, Koramil, serta petugas kepolisian dari Polsek Juwana.
Sementara, saat ditemui seusai menjalani ritual tersebut, Mbah Pani mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukungnya.
Pria 63 tahun tersebut belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut lantaran kondisinya yang masih lemah.
"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya. Kepala saya masih sakit. Kalau besok saya sudah fit dan sudah siap, saya siap membicarakan hal ini," katanya dalam Bahasa Jawa, Jumat (20/9/2019).
(*)