Find Us On Social Media :

Geger Gaya Pacaran Ala Orang Rimba, Dilarang Pegang Tangan dan Ajak Bicara Perempuan Selama 5 Tahun Hingga Sanksi Denda dan Pukulan Kayu Anggota Keluarga!

By Arif Budhi Suryanto,None, Senin, 6 Juli 2020 | 09:13 WIB

Ilustrasi pacaran

"Itulah obat pelepas lelah," kenang Betuah dengan mata berbinar.

Remaja Rimba yang sehari-hari aktif sebagai penyiar Radio Komunitas Orang Rimba (Benor) saat melakukan tradisi Bekintangon, juga dituntut untuk mendidik pacarnya tentang cara hidup dan bekerja dalam rumah tangga.

Baca Juga: Sebelum Persunting Syahrini, Tetangga Luna Maya Bongkar Fakta Mengejutkan Sebut Sang Artis Sudah 2 Tahun Tinggal Bareng Reino Barack dan Sering Lakukan Hal Ini Berdua hingga Buat Pak RT Sungkan Negur Gegara Sikapnya

Denda pegang tangan

Poin penting dalam Bekintangon adalah mendidik calon istri. Meskipun tinggal bersama keluarga perempuan, Betuah tidak boleh macam-macam, selayaknya gaya berpacaran anak milenial.

"Kalau pegang tangan, denda 20 bidang kain," sebut Betuah dengan tegas.

Bahkan di tempat lain, bukan di Kedundung Mudo, kelompok Tumenggung Grip. Mengajak perempuan muda rimba bicara, bisa dikenai 50 bidang kain.

Namun sayang, setelah dua tahun bekintangon, Betuah dan Bepawal tak berjodoh. Keduanya telah berbeda keyakinan, Betuah telah memeluk Islam, sedangan Bepawal masih setia dengan kepercayaan Bedewo.

Menurut Betuah, apabila menikah namun tradisi Bekintangon-nya belum genap lima tahun lebih atau sekitar 2.000 hari, maka ada tradisi dipukul pakai kayu (lelaki dan perempuan) oleh seluruh keluarga perempuan.

Baca Juga: 8 Tahun Pacaran hingga Dituding Jadi Pihak Ketiga, Desy Ratnasari Telan Pil Pahit Gagal Nikahi Irwan Mussry, Kini Kehidupannya Bahagia Pamer Kelulusan Sang Putri

"Pukulan itu terkadang sampai cacat. Tapi kita boleh melarikan diri. Ini bagian dari menebus dosa. Karena bekintangon belum sampai 2.000 hari," kata Betuah menjelaskan.

Tradisi Bekintangon ini juga diabadikan dalam buku Butet Manurung, Sokola Rimba. Dalam buku itu, Butet menjelaskan perempuan rimba memiliki posisi tinggi dalam peradaban Orang Rimba.

Dalam ritual pengobatan bebale, yakni ritual paling sakral, dipimpin oleh perempuan yang disebut malim atau dukun. Untuk mengukuhkan Tumenggung, pemimpin tertinggi Orang Rimba juga perempuan.