Find Us On Social Media :

Kedatangannya Jadi Tontonan Masyarakat, Perempuan Eropa Ini Kisahkan Pemburu Kepala Manusia Saat Jelajahi Kedalaman Borneo

By None, Sabtu, 18 Juli 2020 | 14:00 WIB

Sosok Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam busana melancong dari kain linen warna kelabu. Litografi karya Adolf Dauthage (1825–1883).

Pada hari yang sama, dia juga berkunjung ke tetangga desa Dayak tadi. Tidak banyak perbedaan soal tata busana mereka.

“Kecuali, saya punya kesenangan baru di sini,” ujarnya, “melihat sepasang trofi perang nan ganteng dari dua kepala manusia yang baru saja ditebas.”

Baca Juga: Sempat Bungkam, Artis Ini Akhirnya Angkat Bicara Soal Keputusannya untuk Melepas Hijab, Ternyata Alasan Besar Ini Jadi Pemicunya

Kedua kenang-kenangan atas kemenangan perang itu baru diperoleh beberapa hari sebelumnya dan menampakkan pemandangan yang mengerikan.

Kepala itu nantinya diasap hingga dagingnya setengah matang, bibir dan telinga melayu.

“Kepala-kepala itu tetap dengan rambutnya,” demikian kisah Ida, “dan salah satu kepala itu bahkan matanya membelalak.”

Baca Juga: Catat Sekarang! Mulai Saat Ini Simpan dengan Cara Ini Jika Ingin Stok Tahu Dalam Jumlah Banyak, Dijamin Tidak Asam

“Melihat sepasang trofi perang nan ganteng dari dua kepala manusia yang baru saja ditebas.”

Mereka mengeluarkan trofi kepala itu dari keranjang, yang kemudian menggantungnya untuk memamerkan dengan rasa puas dan bangga kepada Ida.

Tradisi mengayau—berburu kepala musuh untuk dijadikan trofi—tampaknya telah menjadi bagian suku-suku pedalaman di Hindia.

Setelah menyaksikan semua adegan liar itu, Ida merenung, apakah berarti orang Eropa seperti dirinya jauh lebih beradab dari mereka?

Bukankah dalam setiap lembaran sejarah Eropa diwarnai dengan perbuatan mengerikan pengkhianatan dan pembunuhan, demikian kecamuk pertanyaan dalam benaknya.