Kuda yang mundur dan membiarkan yang lain makan, katanya, adalah induknya.
Raja benar dan penguasa kerajaan tetangga itu lantas menjadi sekutunya.
Raja pun terkesan kepada menterinya bagaimana dia bisa mengetahui jawaban itu.
Menteri mengakui semua yang telah dilakukannya.
Namun, alih-alih marah, raja melihat kesalahan jalannya, mencabut dekritnya terhadap orang tua, dan menghormatinya dengan tepat.
Apakah Ubasute Hanya Legenda atau Kenyataan?
Praktek ubasute sebagian besar terbatas pada bidang cerita rakyat.
Karena tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa itu dipraktikkan di masa lalu.
Namun demikian, kisah-kisah ini telah mengilhami aksi-aksi ubasute modern, karena ada laporan bahwa praktik ini sedang 'dihidupkan kembali'.
Pada 2015, misalnya, dilaporkan bahwa seorang pria berusia 63 tahun dituduh meninggalkan kakak perempuannya yang cacat di lereng gunung untuk mati pada 2011.
Dalam laporan lain, sejak 2018, seorang wanita ditangkap karena meninggalkan ayahnya yang sudah lanjut usia di stasiun layanan jalan raya.
Selain itu, didorong oleh kemiskinan, semakin banyak orang mengirim lansia mereka ke rumah sakit dan kantor amal sehingga mereka dapat diadopsi.
Karena jumlah lansia di Jepang terus meningkat, sementara tingkat kesuburannya menurun, bersama dengan perlambatan ekonomi, ada kemungkinan bahwa praktik ini akan menjadi lebih umum di masa depan. (Muflika Nur Fuaddah)
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Inilah Ubasute, Tradisi Kuno Masyarakat Jepang dengan Membuang Orangtua di Hutan untuk Dibiarkan Mati"