Beberapa nama hebat pada zaman itu direkrut sebagai wartawan, di antaranya Nugroho Notosusanto yang kelak menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Orde Baru; Soe Hok Djin yang berganti nama menjadi Arief Budiman; Soe Hok Gie adik dari Soe Hok Djin yang dikenang sebagai aktivis mahasiswa 1966; dan Kapten Ben Mboi yang kelak menjadi Gubernur NTT.
Namun, setelah Intisari berdiri, Menteri Perkebunan Frans Seda dari Partai Katolik, meminta keduanya untuk mendirikan surat kabar Partai Katolik.
Permintaan itu berasal dari permintaan Menteri/Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani, yang melihat hampir semua partai kala itu memiliki corong partai.
Perlu diketahui, saat itu ada tiga kekuatan politik besar.
Pertama, Bung Karno sebagai Pemimpin Besar Revolusi dan Kepala Pemerintahan yang mengonsolidasikan kekuatan dan kekuasaan politiknya melalui pengembangan demokrasi terpimpin.
Kedua, ABRI yang berusaha meredam kekuatan politik PKI melalui kerja sama dengan organisasi-organisasi masyarakat dan politik non atau anti-komunis.
Ketiga, Partai Komunis Indonesia yang merapat ke Bung Karno.
Gagasan Ahmad Yani, Partai Katolik perlu memiliki media untuk mengimbangi kekuatan PKI.