Find Us On Social Media :

Hapus Prabowo Subianto dari Daftar Hitam, Ternyata Ini Alasan Amerika Serikat Diam-diam Dekati Menteri Pertahanan Indonesia

By None, Sabtu, 10 Oktober 2020 | 17:40 WIB

Prabowo Subianto

GridPop.ID - Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto sempat masuk dalam daftar hitam negara Amerika Serikat.

Hal ini terjadi pada pertengahan tahun 2000.

Pemerintah AS saat itu sedang menjauhkan diri dari tokoh-tokoh yang dekat dengan Soeharto.

Prabowo pun diduga memiliki rekam jejak pelanggaran HAM, namun ia membantah.

Baca Juga: Semakin Membuat 'Mafia' Pertamina Ketar-ketir, Ahok Kembali Unjuk Ketegasan hingga Bongkar Bobrok Pertamina yang Satu Ini: Saya Potong Jalur!

Hampir setahun Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Amerika mencabut sanksi tersebut.

Belakangan sebuah kabar dari media luar negeri menyebutkan bahwa Prabowo didekati Amerika.

Usai boikot dicabut, menurut 24h.com.vn, Prabowo akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Amerika.

Baca Juga: Ditawari Duduki Kursi Menteri Pertahanan oleh Presiden Jokowi, Gatot Nurmantyo Tolak hingga Ungkap Alasannya: Itu Saya Membela Pemerintah

Sebagai jebolan militer dan orang yang memiliki pengaruh kuat, konon Prabowo adalah sosok yang dinantikan China dan Rusia.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, negara tersebut dianggap AS sebagai "sekutu strategis" di kawasan Indo-Pasifik.

Indonesia juga memahami "pentingnya AS" dalam memastikan kawasan yang damai dan stabil.

Pencabutan sanksi Prabowo dianggap sebagai upaya Amerika untuk menangani militer berpengaruh dan pertumbuhan ekonomi China di wilayah tersebut.

Baca Juga: Pakai Masker yang Sama Selama Berbulan-bulan, Dokter Muda Ini Tetiba Idap Penyakit Serius Hingga Meregang Nyawa

Ronodipuro, juru bicara Prabowo, mengatakan Menhan akan "membahas masalah militer dan kerja sama antara kedua negara" dalam pertemuan dengan Mark Esper.

"AS selalu memainkan peran penting dalam memperoleh dan meningkatkan persenjataan pertahanan strategis Indonesia. Dalam kondisi saat ini, hubungan kedua negara akan terus ditingkatkan," ujar Ronodipuro.

Tidak jelas apakah kunjungan Prabowo ke AS akan dilakukan sebelum atau sesudah pemilihan presiden.

Baca Juga: Aksi Tolak UU Cipta Kerja Berujung Ricuh, Wirang Birawa Beri Peringatan hingga Beberkan Firasatnya: Alam juga Akan Bergejolak untuk Menyadarkan!

"Menghapus sanksi saat ini memang aneh, tapi tetap saja kabar baik bagi Pak Prabowo. Pencabutan sanksi AS terlihat jelas untuk kepentingan hubungan bilateral dalam konteks pengaruh China yang semakin meningkat di kawasan," kata Zachary Abuza, profesor di National War College (AS).

Tidak ada negara yang ingin memilih sisi antara China atau AS saat ini.

Bahkan di tengah kekhawatiran tentang agresi China di Laut China Selatan, negara-negara di kawasan itu menjaga hubungan netral antara AS dan Beijing.

"China berperan penting dalam membantu Indonesia memulihkan ekonominya di tengah wabah Covid-19," kata Abuza.

Baca Juga: Rela Tumbalkan Karir Moncernya Demi Nikahi Konglomerat di Usia Muda, Nia Ramadhani: Kalau Gue Enggak Nikah, Ancur Berantakan

"AS tidak ingin Indonesia melangkah terlalu jauh ke China," kata Alex Arifianto analis di Nanyang Technological University.

Pemerintahan Trump dikatakan belum berinteraksi dengan sekutu di Asia Tenggara seperti halnya di bawah mantan Presiden Obama.

Mengingat ambisi China di Laut China Selatan, baik AS maupun Indonesia telah menunjukkan ketidakpuasan dan dapat bekerja sama.

"Prabowo cenderung lebih condong ke Amerika daripada China. Kunjungan Prabowo ke AS merupakan hal yang positif bagi hubungan pertahanan AS dengan Indonesia dan peluang kerja sama dan pengadaan senjata," kata Arifianto.

Baca Juga: Syok Dapat Kabar Putranya Diciduk Polisi Saat Unjuk Rasa Tolak Omnimbus Law, sang Ibu: Anak Saya Belum Sempat Demo, Langsung Diangkut Pakai Mobil

GridPop.ID (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Setelah Dibebaskan Dari Diboikot Amerika Selama 20 Tahun, Menhan Indonesia Prabowo Mendadak Didekati Amerika, Siapa Sangka Inilah Tujuan Asli AS Dekati Prabowo."