Sementara kakaknya, Aan, membawa 18 kilogram ubi dan sebagian digendong. Keduanya menjajakan ubi tersebut dengan berkeliling kota.
"Kami berangkat pukul 4 pagi. Tapi hingga malam ini belum laku juga," kata Titi diamini kakaknya, Aan.
Titi mengatakan, ubi tersebut merupakan milik orang lain. Ia hanya membantu menjualnya dengan laba Rp 5.000 per 1 kilogram. Sementara ia menjual ubi tersebut ke konsumen Rp 25.000 per kilogram.
"Terkadang ada pembeli yang baik, membeli ubi dengan diberi uang tambahan," kata Titi kepada Dedi.
Titi mengaku terpaksa berjualan keliling ubi cilembu demi membantu keuangan keluarga. Suaminya berprofesi sebagai buruh tani sehingga pendapatannyat tidak menentu.
Apalagi, saat masa pandemi ini, suaminya jarang mendapat pekerjaan. Ditambah ia memiliki utang bekas ongkos anaknya yang pulang dari Bukittinggi karena upah menggali tanah tak dibayar mandor.
"Mandornya kabur," kata Titi.
Akhirnya Dedi memborong semua dagangan Titi dan Aan. Dedi juga memberikan sumbangan kepada mereka agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Video yang diunggah di YouTube itu hingga Selasa (20/10/2020) pukul 06.13 WIB sudah ditonton 71.000 kali dan 5.800 like serta 1.000 komentar.