Bukan hanya kepada AS, Indonesia juga telah mengatakan "tidak" kepada China.
Pada Desember 2019, ketika 63 kapal nelayan Tiongkok disertai tiga kapal Penjaga Pantai memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang diklaim Indonesia di lepas Natuna, Jakarta melakukan protes keras dan bahkan mengirim kapal perang dan jet tempur ke daerah tersebut.
Indonesia juga telah menolak klaim China atas hak-hak tertentu di ZEE Indonesia serta tawaran Beijing untuk membahas masalah tersebut, dengan mengatakan tidak ada yang perlu dibahas karena klaim China tidak valid.
Dengan tegas, Indonesia selalu mengatakan "tidak" sebagai upaya enggan terlibat dalam pertempuran AS dan China.
Tekanan terbaru dari AS datang ketika Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berusaha merayu banyak negara untuk melawan China.
AS seolah mengatakan "kamu bersama kami atau melawan kami."
Baik secara diplomatis maupun militer, China telah menanggapi AS dengan lebih intens.
AS menerbangkan ribuan misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) setiap tahun di Laut China Selatan dan di sepanjang pantai China. Probe ini meningkat tajam tahun ini, dengan 36 pengintaian di bulan Mei, 49 di bulan Juni dan 67 di bulan Juli.
Beberapa terbang keluar dari Filipina dan Singapura. Sementara Malaysia juga telah menawarkan akses untuk mengisi bahan bakar pesawat mata-mata AS di Labuan.