GridPop.ID - Pandemi Covid-19 kembali meninggalkan kisah pilu di tengah masyarakat.
Baru-baru ini disampaikan LaporCovid19, seorang warga Depok meninggal dunia di taksi online dengan gejala seperti Covid-19.
Dikatakan LaporCovid19, pihaknya mendapatkan laporan ini secara langsung dari keluarga korban pada 3 Januari 2021.
"Anggota keluarganya meninggal di taksi daring setelah ditolak di 10 rumah sakit rujukan Covid-19," demikian tulis LaporCovid19 melalui keterangan pers bersama Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Jumat (15/1/2021).
Meski begitu, melansir dari Kompas.com, insiden ini menimpa seorang ayah pada 20 Desember 2020 lalu.
Saat itu memang seorang ayah dikabarkan mengalami gejala sesak nafas dan sejumlah gejela lain seperti Covid-19.
Namun sayang, ia kesulitan mencari rumah sakit rujukan Covid-19.
Saat dimintai keterangan lebih lanjut pun pihak LaporCovid19 tidak mau mengungkapkan identitas yang dimaksud.
"Maaf kami tidak bisa membuka identitas pelapor," ujar sumber.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita pun angkat bicara.
Ia mengatakan pihaknya tengah mencari tahu identitas warga yang dimaksud.
"Tadi sudah ada nama dokter yang jadi sumbernya, tapi dia ngasih lagi ke orang lain, tapi kayaknya tertutup banget data-datanya,” kata Novarita.
Lebih lanjut, ia ingin mengkonfirmasi maksud dan tujuan pihak terkait menyampaikan laporan ini secara tertutup.
“Saya mau tahu motivasinya apa, kalau untuk perbaikan kan kita harus tahu datanya agar jelas, apakah tidak ada perhatian atau dia pergi ke rumah sakit inisiatif nggak sabar nunggu,"
"Karena kan memang sekarang ini di IGD ramai banget, akhirnya dia nyari-nyari mungkin sampai 10 rumah sakit,” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Kesahatan (Menkes) Budi Gunadi memperkirakan tempat tidur di ruang ICU dan isolasi rumah sakit rujukan Covid-19 akan penuh hingga Februari 2021.
Hal ini lantaran kondisi pandemi Covid-19 yang setiap hari menunjukkan lonjakan kasus.
”Ini adalah masalah yang akan kita hadapi minggu ini, minggu depan, sampai dengan akhir Januari atau awal Februari,” kata Budi seperti yang dikutip dari Tribun Manado.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan, jumlah tempat tidur yang dibutuhkan untuk merawat pasien positif Covid-19 adalah 30 persen dari kasus aktif.
Di mana kini kasus aktif terus mengalami lonjakan.
”Di bulan November kasus aktifnya sekitar 50.000-an. sekarang kasus aktifnya 120.000-an. jadi dengan hitung-hitungan mudah tadi di bulan November kita hanya butuh 15.000 atau 30% dari 50.000 tempat tidur. sekarang butuhnya 36.000. 30% dari 120.000," kata Budi, Senin (11/1/2021).
"Jadi dalam satu bulan kita harus menambah jumlah tempat tidur untuk pasien COVID dari 15.000 ke 36.000,” imbuhnya.
GridPop.ID (*)