GridPop.ID - Indonesia kembali dirundung duka.
Putra terbaik bangsa di bidang sastra, Umbu Landu Paranggi, meninggal dunia pada Selasa (06/04/2021).
Umbu Landu Paranggi menghembuskan napas terakhirnya setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Bali Mandara, Denpasar.
Kabar duka ini telah dikonfirmasi oleh penyair Wayan Jengki Sunarta saat dihubungi Tribun Bali, Selasa (6/4/2021).
Jengki menerangkan, Umbu memang sudah menjalani perawatan di rumah sakit sejak Sabtu, 3 April 2021, lalu.
"Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya di bidang sastra," kata Jengki, Selasa (6/4/2021).
Sementara itu, berita duka ini juga menjadi trending di twitter pada hari Selasa (6/4/2021) dengan judul "Presiden Malioboro", disusul trending dengan hastag #MaiyahBerduka.
Salah satunya unggahan duka ini dicuitkan akun Twitter @kenduricinta.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun... Duka kami, mengantarmu ke huma yang sejati. Bapak Umbu Landu Paranggi #MaiyahBerduka", tulis akun @kenduricinta.
Melansir dari Tribun Jogja, ribuan netizen yang termasuk penggemar Presiden Malioboro ini mengungkapkan rasa duka melalui kolom komentar.
"Innalilahi wa innailahi rajiun. Selamat jalan guru puisiku. Walau ragamu telah dipanggil yang maha kuasa. Puisimu akan selalu menemani para pujangga." tulis akun @ndnrilha.
Umbu Landu Paranggi lahir di Sumba, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943.
Dikutip dari Kemdikbud, ia menyelesaikan Sekolah Rakyat dan Sekolah Menengah Pertama di Sumba, menempuh Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta.
Kemudian, ia melanjutkan studi ke Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta hingga tahun 1965.
Umbu sendiri sudah mulai menulis sejak di bangku SMP.
Pada tahun 1960, karya tulis Umbu pertama kali dimuat dalam majalan Mimbar Indonesia dengan ruang 'Fajar Menyingsing'.
Ia selalu berusaha meningkatkan diri sehingga puisinya akhirnya menembus 'Ruang Budaya' pada tahun 1962.
Sajak-sajaknya pun dimuat dalam majalah Mimbar Indonesia, Gajah Mada, Basis, Gema Mahasiswa, Mahasiswa Indonesia, Gelanggang, dan Pelopor Yogya.
Tahun 1965, sekeluarnya dari UGM, Umbu sempat menganggur hingga akhirnya menjadi redaktur mingguan Pelopor Yogya.
Peolopor Yogya mulai naik daun, sebab karya puisi dari kepawaian Umbu dalam satu halaman setiap kali terbit.
Umbu juga terkenal dengan julukannya sebagai Presiden Malioboro.
Julukannya itu lahir dari aktivitasnya dengan penyair dan penulis Yogyakarta di Malioboro, Yogyakarta.
Ia sering bertemu, berkumpul, dan berbincang-bincang tentang masalah-masalah kebudayaan.
Julukan ini juga tak lepas dari peran Umbu sebagai pengasuh Persada Studi Klub (PSK) yang didirikan tanggal 5 Maret 1969.
Studi klub itu bertujuan menyalurkan bakat dan minat kalangan muda yang tertarik pada kesenian, khususnya kesastraan.
Tahun 1975, ia meninggalkan Yogyakarta dan pindah ke pulau Dewata.
Di Bali, Umbu melanjutkan dedikasinya dalam berpuisi dan mengajar calon-calon penyair.
Adapun beberapa murid dari Umbu yang sempat mencut dalam dunia sastra, seperti Nyoman Tusthi Eddy dan Raka Kusuma.
GridPop.ID (*)