Salah satunya aksi mogok massal bersama kelompok mahasiswa Asrama Prapatan 10 dan Asrana Mahasiswa Kedokteran Ika Daigaku pada bulan Juni 1945.
Hingga mereka dipanggil oleh Sutan Syahrir dan beberapa tokoh nasional masa itu karena aksi mereka tersebut.
Kedekatan Soedarpo dan sahabatnya Soedjatmoko membawa mereka masuk dalam jajaran pekerja Kementrian Penerangan di awal kemerdekaan Indonesia di bawah Perdana Menteri Sutan Syahrir.
Bahkan sepak terjang keduanya dianggap sebagai sebuah pasangan emas oleh wartawan senior Rosihan Anwar.
Dalam suatu kesempatan Rosihan Anwar pernah berkata bahwa sahabat masa sekolahnya, Soedarpo, bersama dengan Soedjatmoko menjadi diplomat handal kepunyaan Indonesia.
Dalam buku berjudul "Biografi Soedarpo Sastrosatomo", karangan Rosihan Anwar, kakek dari Bani M Mulia adalah penghubung antara Sutan Syahrir dengan Soekarno-Hatta ketika perundingan Linggarjati sedang berlangsung.
Dari meja perundingan di tanah air, karir diplomasi Soedarpo berlanjut ke New York, Amerika Serikat.
Menurut Rosihan Anwar pada 1948 bersama LN Palar, Soemitro dan Soedjatmoko, Soedarapo ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia sebagai atase pers.